Bunuh diri
Bunuh diri. Sumber Foto : Freepik.com

BALIPORTALNEWS.COM, BADUNG – Dalam upaya menyediakan dukungan krisis mental dan emosional untuk pencegahan bunuh diri yang bebas diskriminasi dan inklusif bagi semua yang membutuhkan bantuan, baik dalam bahasa Indonesia maupun bahasa inggris, Yayasan Bersama Bisa meluncurkan layanan BISA Helpline pada Minggu (17/9/2023).

Layanan BISA Helpline bisa diakses melalui laman https://bisahelpline.org/ selama 24 jam dimana pun dan kapan pun.

Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI) Cabang Denpasar, dr. I Gusti Rai Putra Wiguna, Sp.KJ., mengatakan, pada 1 Januari hingga 20 Juli 2023 tercatat ada 61 kasus bunuh diri terjadi di Bali. Jumlah ini menjadikan Bali sebagai provinsi dengan kasus bunuh diri terbanyak ketiga di Indonesia, sertelah Jawa Tengah dan Jawa Timur.

“Bunuh diri merupakan penyebab utama kematian keempat di antara usia 15-29 tahun secara global pada tahun 2019. Berdasarkan data Sample Registration Survey (SRS) yang dilakukan oleh Badan Litbangkes Kemenkes tahun 2016, diketahui bahwa angka kematian akibat bunuh diri sebanyak 0,72 kasus per 100.000 atau 7 kasus dalam 1.000.000 penduduk,” jelas dr. Rai.

Baca Juga :  Bupati Giri Prasta Meletakkan Batu Pertama Pembangunan GKPB Dalung

Sementara itu, Ketua Seksi Psikiatri Komunitas Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI) yang juga Koordinator Modul Pelatihan BISA Helpline, dr. Gina Anindyajati, Sp.KJ., memaparkan, kita seperti tidak melihat tanda-tanda orang beresiko bunuh. Mungkin tidak melihat tetapi sebenarnya kita tidak ‘ngeh’ sama tanda-tandanya.

Kita bisa amati dari orang-orang sekeliling kita mulai dari feeling-nya atau perasannya, seperti ungkapan-ungkapan perasaan sedih. Kebanyakan akan mengatakan hampa, kosong, dan lelah menjalani kehidupan yang biasanya kalau ditumpuk-tumpuk terus akan menjadi dorongan mengakhiri hidup.

“Coba mengenali perasaan apa yang sering ditunjukkan, dibicarakan atau diungkapkan oleh orang-orang terdekat dengan kita,” tutur dr. Gina.

Setelah perasaan, kata dr. Gina adalah ‘action’. Adakah tindakan-tindakan tertentu, mungkin kelihatanya ceria-ceria saja, misalnya seperti orang yang sering sendiri atau tidak banyak keluar rumah tiba-tiba sering mengajak teman-temanya untuk bertemu. Jangan-jangan itu tindakan ‘pamitan’, tetapi kita melihatnya seperti perubahan positif yang sudah berani ‘outgoing’ bertemu orang-orang baru atau teman-teman lainnya.

Baca Juga :  Hendak Berobat, BPJS Dikatakan Tidak Aktif, Bupati Karangasem Turun Tangan

“Jadi kita harus kenali perilaku-perilaku yang tidak biasanya dari orang-orang sekitar kita,” tambah dr. Gina.

Selanjutnya, dr. Gina berkata, tanda-tanda lainnya bisa dilihat dari perubahan, seperti perubahan tampilan. Perubahan penampilan drastis yang tidak seperti biasanya, mungkin bisa dijadikan untuk mengatasi perasaan yang kosong atau hampa.

Yang terakhir, tanda-tanda secara verbal yang jelas mengarah ingin bunuh diri. Seperti sering berkata ‘kayaknya kok capek ya, mau udahan aja’, ‘kayaknya sudah cukup deh sampai di sini, gak ada lagi tujuan hidupnya’, ‘Hidup gini-gini aja, mau ngapain lagi sih’.

Baca Juga :  Provinsi Bali Kembali Memperoleh Predikat Angka Prevalensi Stunting Terendah Se-Indonesia

“Ungkapan-ungkpan yang seperti itu yang perlu kita tangkap dengan serius. Kita bisa mulai menanyakan, sejak kapan sudah berpikir seperti itu atau menanyakan apa yang bisa dibantu,” kata dr. Gina.

Di akhir acara, dr. Gina menuturkan, tugas kita dalam pencegahan bunuh diri ini adalah sama-sama menciptakan kehidupan yang layak untuk dihidupi. Kehidupan yang layak untuk dihidupi adalah sejahtera secara fisik maupun mental. Sejahtera secara mental salah satu kuncinya adalah terhubung dengan orang lain, di masyarakat sekarang walaupun internet merajalela tetapi banyak diantara kita yang merasa kosong, kesepian dan tidak terhubung dengan orang lain.

“Ini adalah PR bagi kita semua, bagaimana kita bisa terhubung dengan satu sama lain dan bisa menjadi pendengar yang baik bagi orang-orang sekitar kita,” pungkas dr. Gina dalam acara peluncuran layanan BISA Helpline sore itu.(tis/bpn)

Dapatkan berita terbaru dari Baliportalnews.com di Google News