Bali Yang BInal
Sawer Nite Menuju "Bali Yang Binal #9" Komunitas Pojok. Sumber Foto : Istimewa

BALIPORTALNEWS.COM, DENPASAR – Bali Yang Binal merupakan acara dua tahunan yang sudah digelar oleh Komunitas Pojok. Berawal di medio 2005 ketika Bali Biennalle digelar.

Bali Yang Binal merupakan sebuah respon terhadap pelaksanaan Bali Biennalle yang dirasa sarat nepotisme. Bali Biennalle yang menjadi sasaran kritik itu sendiri akhirnya hanya berumur setahun saja. Sedangkan Bali Yang Binal yang dilaksanakan setiap 2 tahun sekali bisa terus bertransformasi hingga kini memasuki edisinya yang ke-9.

Seiring waktu, media berkarya yang digunakan pun mengalami perubahan, dari pameran-pameran konvensional di awal-awal berdirinya hingga kini mengambil mural sebagai media yang dianggap Komunitas Pojok efektif dan mampu mengembalikan seni pada penikmatnya yang utama yaitu masyarakat atau publik.

Sebagai sebuah acara kolektif yang diinisiasi oleh Komunitas Pojok, Bali Yang Binal mengutamakan pembiayaan secara swadaya dan dukungan jaringan pertemanan. Masalah klasik pendanaan hampir selalu muncul disetiap gelaran, namun hal itu tidak menyurutkan keinginan anggotanya untuk terus berproses dan berpetualang di wilayah kesenian Bali.

Baca Juga :  Antisipasi Pintu Masuk Pelabuhan Benoa Pasca Lebaran, Disdukcapil Denpasar Siap Gelar Penertiban Administrasi Kependudukan

Setiap kali diadakan, Bali Yang Binal selalu mengusung tema yang berbeda, menyesuaikan dengan kondisi riil yang terjadi. Tema yang diusung Bali Yang Binal #9 adalah “Normal is Boring”. Tema ini diangkat untuk merespon (utamanya) ketidak-siapan manusia menghadapi pandemi yang menghantam dunia secara tiba-tiba.

“Sebelum pandemi hampir semua orang ingin menjadi berbeda dengan caranya masing-masing, tidak ada yang ingin sama atau disamakan dengan orang lain. Namun ketika pandemi menghantam, semua orang berjuang dengan caranya untuk kembali menjadi normal,” kata anggota Komunitas Pojok, Dewa Ketha.

Dapatkan berita terbaru dari Baliportalnews.com di Google News