Dalam konteks ini kenormalan dilihat sebagai kondisi dimana nilai-nilai yang ada dalam masyarakat diamini dan dilaksanakan secara kolektif. Sebaliknya yang tidak normal adalah yang tidak mengikuti nilai-nilai tersebut. Dalam konteks pemakaian masker misalnya, sebelum pandemi yang diamini sebagai kenormalan adalah hidup tanpa masker, maka pada saat pandemi ini yang diamini sebagai kenormalan adalah hidup dengan masker.
Sebagai nilai baru, kata Dewa Ketha, kondisi ini tentu menghadirkan polemik. Ada kelompok yang berjuang kembali ke pola lama, ada pula yang berjuang untuk berada dan menjalani pola baru. Dalam hal ini menjadi kontekstual terlihat tidak normal, karena tidak mengikuti pola lama namun juga tidak mengamini pola baru.
“Dalam konteks pemakaian masker misalnya, menjadi kontekstual adalah menggunakan masker pada saat yang tepat, dan tidak menggunakannya juga pada saat yang tepat. Bukan berarti oportunis, tapi lebih menggunakan common sense,” menurutnya.
“Demikian tema ini diambil untuk mengatakan bahwa, menjadi normal itu membosankan, kami berada di luar kotak pendefinisian yang hanya akan menghilangkan kebebasan kami sebagai person-person yang unik dengan cara kami. Di luar itu semua kami percaya bahwa kebenaran hanyalah sebuah interpretasi pada suatu kondisi tertentu, sehingga nilai-nilai kenormalan adalah berbeda dalam tiap kondisi. Bisa jadi, normal dalam suatu kondisi adalah tidak normal dalam kondisi lainnya. Tidak ada yang berhak menjadi hakimnya, karena hal seperti itu tidak mudah diputuskan benar dan salahnya,” ucap Dewa Ketha.
Setiap gelaran Bali Yang Binal, Komunitas Pojok mengawalinya dengan SawerNite. Sebuah kegiatan penggalangan dana secara swadaya melalui penjualan karya dari kawan-kawan seniman yang mendukung kegiatan ini. SawerNite kali ini akan ada pemutaran film dan diskusi serta ditutup dengan Lelang Karya.
“Kegiatan ini akan berlangsung selama seminggu, dimulai pada hari Minggu (2/5/2021) dan ditutup pada hari Sabtu (8/5/2021), di Jl. Sedap Malam, Kesiman, Denpasar. Seluruh dana yang terkumpul nantinya akan digunakan sepenuhnya untuk pelaksanaan Bali Yang Binal #9. Beberapa waktu setelah SawerNite, kami akan mengadakan mural jamming, sebagai pemanasan sebelum menginjak acara utama,” sambung anggota Komunitas Pojok lainnya, Wahyu.