Kodok
Gede Oka (62), peternak kodok yang hasilkan Rp35 juta sekali panen, asal Banjar Telengis, Desa Bengkel, Kediri, Tabanan. Sumber Foto : Istimewa

BALIPORTALNEWS.COM, TABANAN – I Gede Oka (62) seorang pensiunan guru, warga Banjar Telengis, Desa Bengkel, Kediri, Tabanan, mengaku mampu meraup omset Rp35 juta sekali panen, dari hasil budidaya Kodok Lembu yang dilakoninya sejak tahun 2015.

Ia menceritakan perjalanannya menjadi jutawan dari budidaya kodok, di tahun 1996 berawal rasa keingintahuannya terhadap hewan jenis reptil tersebut dan mulai kembali berkembang pada tahun 2015, dengan membudidayakan Kodok Lembu (Bullforg) sebagai salah satu jenis bahan makanan yang permintaannya sangat tinggi, khususnya untuk kebutuhan industri pariwisata di Bali, sehingga Kodok Lembu menjadi salah satu komunitas yang diminati saat ini.

“Awalnya disini kami mendapat proyek budidaya ikan gurami, tapi setelahnya ada informasi untuk budidaya kodok, karena tertarik, kami akhirnya mencari informasi ke beberapa lokasi, salah satunya di Jegu. Dari sana kami mendapat informasi jika budidaya kodok sangat gampang, akhirnya kamipun mulai budidaya,” jelasnya, dikutip Selasa (10/10/2023).

Dikatakannya, bahwa usahanya tersebut sempat tidak berlangsung lama, karena merugi, hingga akhirnya berhenti. Kemudian di tahun 2015, budidaya kodok lembu inipun dilanjutkannya, dan terus berlanjut sampai saat ini.

Baca Juga :  Fox Hotel Jimbaran Beach Bali Gelar Aksi Sosial 'The Dedication of Modern Kartini' di SD Negeri 6 Muncan

Untuk menjalankan usaha budidaya kodok tersebut, Gede Oka mengaku hanya memelihara satu jenis kodok saja, yakni bullfrog yang berasal dari Taiwan. Untuk pasokan bibitnya, Gede Oka mengaku mendatangkan dari Desa Jegu atau dari pengepul Kodok dari Jawa.

“Yang didatangkan itu adalah kecebong, kecebong ini saya pelihara selama dua bulan kemudian menjadi percil (kodok kecil) dan setelah itu baru dipindahkan ke kolam pembesaran dengan ukuran 1 x 1.5 meter dan untuk menjadi kodok dewasa siap jual diperlukan waktu pemeliharaan hingga 5 bulan,” lanjutnya.

Untuk pakan, Gede Oka menjelaskan jenis pakan yang diberikan untuk kodok peliharaannya ini disesuaikan dengan umur kodoknya. Pada saat masih kecebong, mereka diberi makan jenis PF1000 dalam kisaran waktu selama dua bulan. Setelah menjadi percil (umur dua bulan), katak tersebut diberi makan carun jenis 781-2 atau 781-3.

Mulai dari umur katak tiga bulan sampai besar diberi carun 782, proses dari kecebong sampai katak siap panen atau ketika kodok berumur tujuh bulan. Pemeliharaan kodok lembu sendiri, dikatakan Gede Oka sangat gampang, sejak tahun 2015 sampai saat ini, Gede Oka mengaku belum pernah mengalami kendala, seperti merugi karena kodoknya terserang penyakit atau hal lainnya.

“Memang pernah kodok saya kena penyakit, saya lupa tahun berapa, karena ada teman yang bilang jika kodoknya tidak bisa sembuh, maka saya buang kodok yang sakit itu, dan sampai sekarang Astungkara belum pernah lagi ada kodok yang sakit,” tambahnya.

Saat musim panen, Gede Oka menyebutkan dalam satu kali panen, dirinya bisa memanen sebanyak 700 kilogram kodok dari 2500 bibit kecebong yang di belinya. Untuk harga jual, per kilogramnya, Kodok lembunya ini dihargai Rp 50 ribu untuk kodok size 3 (dalam 1kg berisi 3 ekor kodok) oleh pengepul.

Baca Juga :  Silaturahmi ke PDI Perjuangan Tabanan, Golkar Tabanan Diajak Makan Siang Bersama

Jadi dalam sekali panen Gede Oka bisa membukukan penjualan sebesar Rp 35 juta. Jumlah tersebut, dikatakan Gede Oka belum termasuk biaya pakan dan modal yang dikeluarkan untuk membeli bibit kodok (kecebong) yang nilainya mencapai 50 persen dari total penjualan.

“Saat ini luas kolam saya sekitar 2 are, untuk pengembangan kolam saya masih terkendala modal, kalau untuk teknis pemeliharaan saya rasa tidak ada kendala,” ungkapnya.

Terkait kendala, Gede Oka menyebutkan untuk proses pemeliharaan kodok, pihaknya memiliki kendala. Namun di sisi lain, untuk pengembangan usahanya diakui Gede Oka terkendala akses modal. (aar/bpn)

Dapatkan berita terbaru dari Baliportalnews.com di Google News