Sangmong Tattoo
Marmar Herayukti, Sangmong Tattoo: Tak ada Istilah 'Mahal' untuk Sebuah Karya Seni. Sumber Foto : aar/bpn

BALIPORTALNEWS.COM, DENPASAR – Sudah tidak dapat dipungkiri lagi perkembangan dunia seni merajah tubuh atau yang biasa disebut tato, menjadi salah satu peluang baru yang menjanjikan bagi industri ekonomi kreatif Indonesia. Bali, sebagai pusat destinasi pariwisata Indonesia yang sangat erat dengan industri kreatifnya, merupakan wilayah yang paling memberikan pengaruh terhadap kemajuan dunia seni tato sebagai salah satu sumber di sektor ekenomi kreatif.

Bukan hal yang tabu, sejak dulu masyarakat Bali memaknai tato sebagai sebuah karya seni lukis yang menjadi tradisi dengan filosofi nilai-nilai budaya serta kearifan lokalnya. Tak heran, hal tersebut membuat nilai jual tato menjadi cukup tinggi, dan tak sedikit pula Seniman Tato (Tattoo Artist, red) terkenal dunia berasal dari Bali, sehingga membuat perkembangan industrinya sangat masif dan menjadi peluang bisnis yang cukup menjanjikan.

Baca Juga :  Wali Kota Jaya Negara Terima Kunjungan Pihak Kemenlu RI, Bahas Peluang Sister City Kota Denpasar Dengan Kota Zadar, Kroasia

Salah satu seniman tato yang terkenal di Bali, Marmar Herayukti (@marmarherrz) saat ditemui langsung oleh Jurnalis Baliportalnews.com, di studionya Sangmong Tattoo Merch, Denpasar, pada Selasa (4/4/2023) mengatakan, meski bisnis ini sempat mengalami mati suri akibat Pandemi Covid-19 beberapa waktu yang lalu, saat ini industri tato di Bali perlahan mulai bangkit kembali. Dampak dibukanya kembali keran pariwisata internasional ke Bali, membuat peminat seni tato yang datang dari luar negeri mengalami peningkatan signifikan, bahkan dikatakannya sampai ada yang rela mengantri selama 6 bulan hanya untuk ditato olehnya langsung.

“Astungkara, puji syukur, bisnis mulai berjalan. Mungkin banyak yang menilai ini bidang baru di industri kreatif dalam negeri. Bagi kami, tato bukan hal baru, tetapi kehidupan dengan perjalanannya hingga saat ini,” ucapnya didampingi sang manajer, Joka Andika.

Baca Juga :  Ketua AMSI Bali: Hoaks Menurunkan Tingkat Kepercayaan Masyarakat pada Pemberitaan Media

Saat disinggung mengenai berapa omset dari usaha studio tatonya, Marmar menekankan bahwa seniman tato tidak mematok harga dari modal materi yang telah dikeluarkan seperti jarum, tinta, mesin-mesin dan sebagainya. Tetapi lebih ke nilai seni, menurutnya tidak ada istilah “mahal” di kamus para pecinta seni tato.

“Perjalanan seorang seniman tato itu tidak sebegitunya yang orang lain pikirkan. Masing-masing seniman memiliki proses dan nilai filosofi terhadap setiap karya yang dihasilkan. Jadi jangan berpikir tentang price (harga, red), lihat dari sudut pandang lain dari segi seninya itu sendiri, bagaimana keindahan karya yang dibuat akan kamu bawa seumur hidup,” jelas Marmar.

Baca Juga :  Bluebird Bali Lakukan Terobosan, dari Ekosistem Transportasi Rendah Emisi Hingga Mobilitas Inklusif

Dari adanya penjelasan Marmar tersebut, dapat dikatakan persaingan bisnis tato di Bali saat ini masih cukup longgar. Maklum saja, dibutuhkan ketrampilan dan peralatan khusus untuk membuka usaha studio tato. Namun, dengan adanya revolusi industri 4.0 semakin memudahkan para seniman tato untuk mempromosikan hasil karyanya, dengan aktif melakukan digital marketing melalui media sosial yang mengandalkan rekomendasi dari para pelanggan sebelumnya untuk mendapatkan pelanggan baru, yang menjadi peluang bisnis menjanjikan di sektor ekonomi kreatif. (aar/bpn)

Dapatkan berita terbaru dari Baliportalnews.com di Google News