BEdah
Disoroti Menkes, Dirut RSUD Buleleng Beri Penjelasan Soal Penerapan Non-Bedah Coiling. Sumber Foto : Istimewa

BALIPORTALNEWS.COM, BULELENG – Menteri Kesehatan (Menkes), Budi Gunadi Sadikin beberapa hari dalam konferensi pers virtual mengenai operasi coiling pasien stroke di RSUP Ngoerah Denpasar sempat menyoroti kemampuan Rumah Sakit (RS) di Jembrana dan Buleleng. RS di dua kabupaten ini dinilai masih tertinggal lantaran belum mampu melakukan program intervensi non-bedah coiling terhadap pasien stroke.

Menyikapi pernyataan dari Menkes Direktur RSUD Buleleng, dr. Putu Arya Nugraha pun memberikan penjelasan bahwasanya RSUD Buleleng sebenarnya sudah memiliki dokter saraf. Namun khusus untuk dokter jantung saat ini masih tengah menjalani pendidikan lanjutan. Sehingga melalui pertimbangan tersebut Kementerian Kesehatan melalui dana alokasi khusus (DAK) RSUD akan memberikan bantuan berupa peralatan medis catch lab.

Baca Juga :  Tuntaskan Wilayah Blankspot, Pemerintah Daerah Diminta Akomodir Kebutuhan Masyarakat

Selama ini, dr. Arya mengakui RSUD Buleleng belum memiliki catch lab karena pembelian alat kesehatan ini tidak ditanggung dari anggaran Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) ataupun APBD Pemerintah Kabupaten Buleleng.

dr. Arya menerangkan, catch lab dapat digunakan untuk menunjang program intervensi non-bedah coiling terhadap pasien stroke, bahkan alat medis ini bisa dipakai mengobati pasien penyakit jantung.

“Kemenkes mau memberikan DAK yang bisa digunakan untuk membeli catch lab. Karena RSUD telah memiliki dokter spesialis saraf ditambah lagi sejak awal kami memiliki visi untuk bisa menerapkan cath lab, rupanya ini dikabulkan oleh pusat, untuk bisa merealisasikan hal ini,” jelasnya, Jumat (30/12/2022).

Kemudian dirinya menegaskan belum mampunya RSUD dikarenakan ada sejumlah sumber daya yang belum terpenuhi. Sumber daya itu berupa tenaga ahli, alat penunjang, dan harga mahal sehingga alat tersebut tidak bisa dibeli melalu BLUD atau APBD.

Baca Juga :  Ribuan Orang Antusias Ikuti Jalan Santai Buleleng Berbangga

“Sambil menunggu direalisasikan alatnya kita memberikan izin staf untuk mengikuti pendidikan sebagai langkah kita untuk menjawab secara perlahan tantangan dari Menkes,” ungkapnya.

Sekedar diketahui Kementerian Kesehatan menargetkan 514 rumah sakit di Indonesia bisa melakukan intervensi non bedah seperti coiling pada tahun 2024. RS Pusat Otak Nasional Prof. Dr. dr. Mahar Mardjono Jakarta (PON) diminta memastikan bahwa ratusan rumah sakit tersebut bisa melakukan bedah otak terbuka dan coiling.

PON sendiri telah ditunjuk menjadi koordinator dalam melakukan transformasi bidang pelayanan kesehatan, khususnya stroke dan otak. Sehingga PON bertugas mengampu RS agar dapat segera meluncurkan program operasi bedah otak terbuka dan intervensi non bedah seperti coiling setiap bulan.(dar/bpn)

Dapatkan berita terbaru dari Baliportalnews.com di Google News