Undana Kupang
Prof. Dr. Simon Sabon Ola, S.Pd, M.Hum. Sumber Foto : Istimewa

RSN: Menurut Prof. Simon, sebagai satu-satunya universitas negeri dan menjadi kebanggan masyarakat NTT, seperti apa implementasi Tri Dharma Perguruan Tinggi yang sudah dilakukan oleh Undana?

Prof. Simon: Undana merupakan Universitas Negeri pertama di NTT. Sekarang ada Universitas Timor (Unimor) di Kefamenanu. Undana juga merupakan universitas tertua di NTT. Sebagai universitas tertua dan unieversitas negeri pertama mestinya tidak perlu diragukan mutu dan pengembangannya. Dana dari dua sumber: dari pemerintah (kementerian) dan dari Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP). Apalagi dengan system pengelolaan keuangan yang sudah berubah dari Satuan Kerja (satker) ke Badan Layanan Umum (BLU). Fleksibilitas dalam mengelola sumber dana beserta pemanfaatannya harus berorientasi pada mengoptimalkan proses dan hasil dari Tri Dharma Perguruan Tinggi di Undana. Undana semenara ini irit dalam soal penelitian dengan dana yang bersumber dari PNBP. Bagaimana mungkin bisa mengembangkan strategi dan isi (materi) pendidikan dan pengajaran berbasis hasil penelitian? Bagaimana pula dosen dan mahasiswa dapat melakukan pengabdian kepada masyarakat berbasis hasil penelitian. Padahala penelitian harus diperkuat dengan dukungan dana karena dari sanalah keunggulan bisa diciptakan dan dikembangkan secara terus-menerus. Indikator publikasi di jurnal dan sitasi (berapa kali tulisan publikasi dikutip atau dirujuk oleh penulis lain-red) tidak mungkin maju dan berkembang jika tidak ada penelitian dengan dana yang memadai. Publikasi bermutu dihasilkan dari penelitian bermutu, penelitian bermutu umumnya membutuhkan dana yang besar. Bahkan untuk mencapai paten yang dapat mendongkrak mutu yang berdampak bagi masyarakat membutuhkan dana yang besar pula.

Baca Juga :  PLN Siagakan 2.700 Posko untuk Amankan Pasokan Listrik Selama Idul Fitri 1445 H

RSN: Selama ini, tagline Undana adalah Pendidikan Tinggi Bermutu, Relevan dan Berdaya Saing, bertujuan sebagai perguruan tinggi yang berorientasi global dengan cara mewujudkan pendidikan tinggi yang bermutu, relevan dan berdaya saing. Menurut Prof. Simon realisasinya seperti apa?

Prof. Simon: Undana memiliki banyak naskah kerja sama. Namun naskah-naskah itu lebih dokumenter daripada sejarah. Alasan klasik untuk menghasilkan kerja nyata dari naskah-naskah itu ialah dana.  Bukankah naskah-naskah itu berpotensi mendatangkan dana yang bisa jadi berlipat ganda daripada dana yang dikeluarkan? Yah, ragu-ragu, takut rugi. Mengapa, naskah kerja sama dibuat tanpa analisis yang komprehensif sehingga naskah tetaplah naskah tanpa tindak lanjut? Sama kira-kira dengan tagline. Bermutu harus tercermin pada mutu dosen, mutu mahasiswa, dan mutu lulusan. Relevan berarti mampu menjawab kebutuhan masyarakat secara lokal, nasional, regional dan global. Berdaya saing artinya mampu melahirkan keunggulan-keunggulan, setidak-tidaknya menjadi perguruan tinggi favorit, yang kemudian biaya kuliahnya mahal tetapi tetap saja diminati.

Baca Juga :  Kesanga Festival II Sukses, Wali Kota Jaya Negara Apresiasi Semangat Generasi Muda

RSN: Saat ini seluruh perguruan tinggi di Indonesia berlomba-lomba menata diri menuju World Class University. Bagiamana Undana mempersiapkan diri menuju ke sana?

Prof. Simon:   Harus ada mimpi. Pemimpinnya harus punya mimpi, dan didukung oleh kepemmpinan dan karakter yang kuat. Utamakan peningkatan mutu yang bisa menarik minat mahasiswa asing. Dari situ terjadi transfer pengetahuan dan keterampilan berbasis teknologi yang dibutuhkan pada tataran global. Alumni dari negara lain itu dapat menjadi jembatan untuk alumni anak Indonesia untuk memperoleh peluang bekerja di negara lain. Kembali ke laman Undana; sering trouble, dan kontennya tidak memiliki daya tarik, kurang artikulasi sehingga tidak diminati oleh calon mahasiswa dari luar negeri.

Dapatkan berita terbaru dari Baliportalnews.com di Google News