Gelatah
Ilustrasi dari salah satu TOP 3 Energy Founder, GELATAH, saat melakukan kegiatan Final Pitch, Mini Expo, dan Pemberian plakat serta dana pembinaan oleh Vice President CSR & SMEPP PT Pertamina (Persero), Fajriyah Usman pada 29 November 2023 di The Patra Bali Resort & Villa, Bali. Sumber Foto : Istimewa

BALIPORTALNEWS.COM, SURABAYA – Asal ada kemauan pasti menemukan jalan. Kira–kira seperti itulah gambaran kondisi yang terjadi pada Abdul Rohman (23), mahasiswa semester 7 dari Universitas Airlangga, bersama temannya. Ketika menemui kendala penyumbatan saluran air di rumahnya akibat dari limbah minyak jelantah atau minyak goreng bekas pakai yang menjadi penyebabnya, ia pun jadi memiliki ide untuk mengubah limbah minyak itu menjadi biodiesel.

Ditemui saat Mini Expo Pertamuda Seed and Scales 2023 pada Rabu (29/11/2023) di The Patra Resort and Villa, Rohman menuturkan, ide bisnis tersebut dimulai sejak 2021, yang mana mengolah minyak bekas pakai atau minyak jelantah menjadi biodiesel. Pada tahun 2021, ia berfokus pada pengembangan biodiesel untuk pemanas makanan, kemudian 2022 berfokus pada biodiesel untuk mesin dan 2023 berfokus pada kendaraan.

Baca Juga :  Distribusi Jimny 5-Door Berjalan Konsisten, Konsumen Mengaku Sangat Puas Setelah Terima Unit

“Gelatah merupakan StartUp sosial di bidang renewable energy yang mengelola limbah minyak jelantah menjadi penghangat makanan sederhana,” ujarnya.

Ia bekerja sama dengan UMKM, sekolah, komunitas lingkungan dan masyarakat pada umumnya dalam mewujudkan aksi pemuda jelantah dan peduli lingkungan dengan bebas minyak jelantah. Dengan sistem usaha zero waste, ia memastikan yang terbuang dari pengolahan tersebut hanyalah air, sehingga ia juga mengelola biodiesel, sabun dan lilin aroma terapi.

Abdul menuturkan, pengolahan minyak jelantah berbasis sociopreneur yang berdiri sejak 2021. “Kita fokusnya ke sociopreneur, mengadakan kegiatan sosial, pengumpulan minyak jelantah. Pengolahan limbah minyak jelantah itu sendiri awalnya dibuat dengan menggunakan saringan manual. Setelah disaring dua kali, baru dimasukkan ke panci besar. Namun kini, timnya sudah memiliki mesin yang dipesan berdasarkan kebutuhannya,” jelasnya.

Saat ini pengembangan Gelatah berhasil mendatangkan omzet rata-rata Rp15–17 juta per bulan, dengan profit bersih Rp5–7 juta per bulan. Menurutnya masih dibutuhkan proses panjang untuk meningkatkan profit karena modal yang dikeluarkan untuk riset hingga menjadi prototipe sangat besar.

Baca Juga :  Bandara I Gusti Ngurah Rai Siap Layani Arus Balik

Abdul mengaku, cukup banyak kendala yang dihadapi dalam mengembangkan gelatah. Salah satunya, harus bersaing dengan pengepul minyak jelantah yang sudah bekerja sama dengan perusahaan besar.

Berkat Pertamuda Seed and Scale 2023, ia memperluas jejaringnya yang semakin banyak orang mengenalnya dalam pengolahan minyak. Sehingga ia berharap dari sisi pasokan minyak jelantah tak menemui kendala berarti. Selain itu, banyak mentoring dan masukan yang didapat selama mengikuti proses pemilihan top 3 Pertamuda Seed and Scale 2023 yang berarti untuk pengembangan usahanya ke depan.

Baca Juga :  Bapenda Denpasar Jajaki Bapenda Makassar, Lakukan Studi Komparasi Pendataan Potensi Pajak Daerah

“Saran dari mentor dan para juri sangat insight full dan membangun agar dapat dikembangkan ke ranah yang lebih baik lagi,” ujarnya.(bpn)

Dapatkan berita terbaru dari Baliportalnews.com di Google News