Kota Negara
Pentaskan Joged Bumbung Klasik Serangkaian HUT Ke-128 Kota Negara. Sumber Foto : Istimewa

BALIPORTALNEWS.COM, JEMBRANA – Serangkaian Peringatan HUT ke-128 Kota Negara dan HUT ke-78 Kemerdekaan RI, sebanyak lima sekaa Joged Bumbung Klasik tampil apik menghibur masyarakat Jembrana, Sabtu (5/8/2023) di Gedung Kesenian Ir. Soekarno Jembrana.

Kelima sekaa Jogeg Bumbung merupakan perwakilan dari masing-masing kecamatan di Kabupaten Jembrana yang mana setiap sekaanya dikatakan memiliki ciri khas masing-masing. Selain itu juga, ditampilkan Kendang Mebarung dari Desa Dangintukadaya dan Kelurahan Lelateng yang juga merupakan kesenian khas Jembrana yang kini keberadaan mulai terbatas.

Area panggung terbuka gedung kesenian Ir. Soekarno dipadati ribuan masyarakat yang sangat antusias untuk menyaksikan pertunjukan Joged Bumbung Klasik dan Kendang Mebarung ini. Kemeriahan semakin terasa ketika masyarakat diajak serta untuk ikut menari (ngibing) bersama penari jogeg bumbung.

Meski dikatakan Joged Bumbung Klasik, namun para penabuhnya tidak serta merta didominasi oleh bapak-bapak saja. Namun anak-anak muda pun tampil apik membawakan tabuh klasik tersebut.

Baca Juga :  Pastikan Keamanan Mudik, Bupati Tamba Dampingi Kapolda Bali Tinjau Pelabuhan Gilimanuk

Pagelaran kesenian Kendang Mebarung dan Parade Joged Bumbung Klasik dalam rangka memperingati HUT Kota Negara dan HUT Kemerdekaan RI ini terselenggara atas kerjasama Dinas Pariwisata dan Kebudayaan kabupaten Jembrana bersama dengan Yayasan Seni Joged Bumbung Klasik kabupaten Jembrana.

Kelima sekaa Joged Bumbung Klasik yang tampil diantaranya Sekaa Puri Galuh dari desa Pekutatan, Sekaa Gargita Swara Jaya atau lebih dikenal dengan Legu Poleng asal Yehembang, sekaa Semara Gita dari Sebual, Sekaa Ghora Yowana Budaya dari Lelateng dan terakhir sekaa Sekar Kembang dari desa Manistutu.

Kepala Dinas Parbud Jembrana, Anak Agung Komang Sapta Negara mengatakan pagelaran kesenian Kendang Mebarung dan Parade Joged Bumbung Klasik dalam rangka HUT Kota Negara dan HUT Kemerdekaan RI yang menampilkan Sekaa dengan ciri khasnya masing-masing.

“Rangkaian HUT kota Negara dan Kemerdekaan RI hari ini kita mulai dengan parade Joged Bumbung Klasik dan Kendang Mebarung. Kita tampilkan 5 Sekaa Joged Bumbung Klasik dari masing-masing kecamatan yang memiliki ciri khas.

Baca Juga :  Wali Kota Jaya Negara Hadiri Lomba Penjor dan Ngelawar STT Se-Desa Dangin Puri Kangin

Hari ini kita pusatkan di gedung kesenian Ir Soekarno, kita undang perwakilan kecamatan untuk menghibur masyarakat Jembrana disini,” ucapnya.

Pihaknya menyampaikan Sekaa Joged Bumbung Klasik di Jembrana telah memiliki suatu perkumpulan sebagai wadah para seniman untuk menyalurkan kreativitasnya. Selain itu juga dengan adanya suatu wadah bagi para seniman, pemerintah daerah dapat lebih mudah untuk menginventarisasi sekaa yang ada.

“Joget bumbung di Jembrana telah memiliki yayasan, sehingga dengan memiliki wadah seperti ini lebih mudah bagi kita untuk melestarikan budaya serta memberikan ruang untuk terus tampil. Kita selalu libatkan sekaa kesenian melalui yayasan sehingga ada pemerataan dan memberikan ruang yang sama bagi setiap sekaa untuk untuk menampilkan keseniannya,” kata Sapta Negara.

Pagelaran ini, menurutnya juga sebagai upaya dalam memperkenalkan kembali Joged Bumbung asli yang diwariskan oleh para pendahulu sebagai suatu budaya belum terkena modernisasi.

Baca Juga :  Enam Ranperda Disetujui Jadi Perda, Bupati Tamba : Bukti Sinergitas Eksekutif dan Legislatif

“Kita juga memperkenalkan kepada masyarakat bahwa inilah cikal bakal joged bumbung yang saat ini telah berkembang di masyarakat dengan berbagai kreasinya. Sehingga anak muda tahu bahwa joged bumbung yang sebenarnya adalah seperti ini,” ujarnya.

Pihaknya pun mengatakan bahwa pembinaan terhadap sekaa kesenian sangat penting untuk dilaksanakan agar budaya-budaya yang ada tidak bergeser dari aturan yang sudah ada atau bahkan tidak pantas untuk dipertontonkan kembali. Ini sebagai upaya untuk melestarikan budaya Bali sesuai dengan pakemnya.

“Salah satu tugas kita di dinas Parbud adalah pembinaan, jadi bagaimana kesenian itu berjalan sesuai dengan pakemnya. Sehingga dapat mengatur kesenian itu agar tidak tampil diluar pakem yang ada, bukan semata-mata untuk menghibur bahkan sampai vulgar. Kesenian itu boleh menghibur tapi jangan sampai kebablasan,” tutupnya.(ang/bpn)

Dapatkan berita terbaru dari Baliportalnews.com di Google News