Tumpek Uduh
Sumber Foto : ana/bpn

Disebut juga Tumpek Bubuh, karena saat itu dihaturkan bubur sumsum yang terbuat dari tepung. Disebut Tumpek Pangatag, karena matra yang digunakan untuk mengupacarai tumbuhan disertai dengan prosesi ngatag, menggetok-getok batang tumbuhan yang diupacarai.

Manusia memang tergantung dari alam raya, sebagai bagian dari alam semesta ini, maka umat Hindu Bali sangat memuja dan menghormati alam semesta beserta isinya. Maka dari itu dalam keyakinan beragama dan berketuhanan umat Hindu, memperingati Hari Raya Tumpek Uduh (Tumpek Uye) sebagai salah satu penghormatan terhadap alam raya, yang telah menyediakan makanan yang dikonsumsi oleh manusia.

Baca Juga :  BLINC, Bawa Terobosan Baru dalam Penanganan Stroke di Indonesia

Makna dan esensi terpenting dan makna dari perayaan Tumpek Uduh adalah rasa terima kasih yang sangat dalam terhadap kekayaan alam yang melimpah ruah. Semua puja dan puji dilantunkan para pendeta, pemangku atau pemimpin upacara penuh dengan intisari terima kasih terhadap alam. (Anak Agung Sri Anggreni, S.Pd.H, Penyuluh Agama Hindu Kecamatan Mengwi, Badung)

Dapatkan berita terbaru dari Baliportalnews.com di Google News