ojk
OJK, Kedutaan Australia, dan Prospera Perkuat Manajemen Risiko Iklim di Sektor Perbankan Indonesia. Sumber Foto : Istimewa

BALIPORTALNEWS.COM, JAKARTA – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bersama Kedutaan Australia dan Prospera (Australia Indonesia Partnership for Economic Development) terus meningkatkan kemitraan untuk memperkuat manajemen risiko iklim bagi industri perbankan di Indonesia. Langkah ini merupakan tindak lanjut dari penerbitan Panduan Climate Risk Management and Scenario Analysis (CRMS) pada Maret 2024.

Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae, hadir dalam kegiatan Kick-Off Ceremony: OJK – Prospera – Moody’s Cooperation on Climate Risk Management Policy Development for Indonesian Banking Sector yang dilaksanakan secara hybrid di Jakarta.

Dalam sambutannya, Dian Ediana Rae menyampaikan bahwa kemitraan yang telah terjalin akan memperkuat hubungan antara Australia dan Indonesia dalam menghadapi tantangan dan peluang risiko iklim di masa depan.

“Kami berharap kolaborasi ini akan memberikan hasil yang penting, sehingga perbankan akan dilengkapi dengan panduan dan data yang lebih baik mengenai Manajemen Risiko Iklim. Indonesia akan mampu melakukan penilaian dampak iklim secara menyeluruh dan mengembangkan kerangka peraturan untuk menilai risiko iklim,” kata Dian.

Baca Juga :  Baleganjur Cittha Gurnita Kanti Duta Denpasar Tampilkan Garapan Bertajuk Wala Tanda, Angkat Sosok Ida Pedanda Made Sidemen

Kerja sama ini akan berlangsung selama dua tahun dan meliputi enam cakupan utama, antara lain:

  1. Pengembangan panduan manajemen risiko iklim dengan data yang lebih rinci.
  2. Pengembangan skenario uji ketahanan risiko iklim untuk Indonesia berdasarkan skenario terbaru dari Network for Greening the Financial System (NGFS).
  3. Pengembangan metodologi perhitungan dampak risiko iklim terhadap kinerja debitur bank, baik untuk perusahaan besar maupun UMKM, serta dampaknya terhadap kinerja keuangan bank (uji ketahanan bottom-up).
  4. Pengembangan data proyeksi risiko fisik maupun transisi yang sesuai dengan kondisi di Indonesia hingga tahun 2100.
  5. Perhitungan dampak risiko iklim terhadap kinerja industri perbankan dari sisi regulator (Penilaian Dampak Iklim untuk Industri Perbankan).
  6. Penyelenggaraan capacity building untuk OJK dan bank terkait pengembangan Manajemen Risiko Iklim.
Baca Juga :  De Gadjah Serap Aspirasi Masyarakat, Asal Demi Masyarakat Siap Berjuang

Diharapkan, hasil dari kerjasama ini dapat mendukung pengembangan kebijakan terkait risiko iklim di sektor perbankan ke depan. Ini bertujuan untuk mengatasi tantangan dalam pengembangan risiko iklim, termasuk keterbatasan data emisi dan data bencana, serta kapasitas dan keahlian dalam membangun metodologi perhitungan dampak risiko iklim.

Selain itu, kerjasama ini diharapkan dapat mendukung perbankan dalam mengembangkan, mengukur, dan memitigasi dampak iklim. Pada akhirnya, ini akan mendukung arah kebijakan transisi menuju Net Zero Emissions.

Acara ini dihadiri oleh Duta Besar Australia untuk Indonesia, Penny Williams; Direktur Prospera, David Nellor; Managing Director and Head of Asia-Pacific and Middle East of Moody’s, Wael Jadallah; serta 18 bank peserta piloting CRMS di tahun 2024. Berbagai pemangku kepentingan dari kementerian/lembaga seperti Badan Kebijakan Fiskal – Kementerian Keuangan, Bank Indonesia, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Kementerian ESDM, BMKG, dan BNPB juga turut hadir. (ads/bpn)

Dapatkan berita terbaru dari Baliportalnews.com di Google News