Baliportalnews.com
Baliportalnews.com

BALIPORTALNEWS.COM – Semangat dan jiwa nasionalisme masyarakat Indonesia semakin tergerus seiring globalisasi. Guru Besar Fakultas Ilmu Budaya (FIB) UGM Prof.Dr.Faruk, S.U., mengatakan dalam menghadapi revolusi gelombang ketiga, masyarakat dan kebudayaan Indonesia bisa kehilangan kemampuan untuk mempertahankan kontrolnya terhadap euforia akan perbedaan yang terus berkembang.

“Mereka dapat menjadi korban ledakan informasi sehingga subjektivitas mereka pecah berkeping-keping. Demikian pula nasionalsme dan bahkan mungkin negera dan bangsanya,” terangnya, Jumat (3/3/2017) saat menyampaikan Pidato Ilmiah Rapat Senat Terbuka dalam rangka Dies Natalis ke-71 FIB UGM.

Baca Juga :  Sambut Hardiknas Tahun 2024, Ayu Kristi Arya Wibawa Buka Workshop Peningkatan Kompetansi Guru PAUD

Menurutnya revolusi gelombang ketiga ini bisa membuat Indonesia menjadi tidak pernah keluar dari rentangan panjang sejarah yang menegakkan kebangsaan. Namun dengan sikap visioner, sabar, dan terkendali dapat membebaskan Indonesia dari belenggu sejarah itu.

“Oleh karena itu penting untuk segera dirancang sebuah strategi kebudayaan dalam menghadapi, menangani, dan menegndalikan perubahan revolusioner tersebut,”tegasnya.

Menyampaikan piadto ilmiah “Krisis Nasionalisme: Sebuah Renungan Strategis”, Faruk menekankan pentingnya upaya membangun nasionalisme. Usaha membangun nasionalisme Idnoensia menjadi realitas kultural yang harus bermula dari pemerintahan yang juga nasionalis. Membangun nasionalisme juga dapat dilakukan dengan penegakan hukum secara adil, tidak pandang bulu, serta tidak tebang pilih.

“Jika persoalan nasionalisme tidak ditangani dengan pandangan jauh kedepan, hanya dengan cara instan dan tambal sulam, maka Indoensia hanya akan berjalan di tempat dan krisis akan selalu datang berulang,”pungkasnya. (ika/humas-ugm/bpn)

Dapatkan berita terbaru dari Baliportalnews.com di Google News