nyamuk
iIustrasi. Sumber Foto : Istimewa

BALIPORTALNEWS.COM, BULELENG – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Buleleng mencatat sejak Januari sampai Maret 2024 kasus pasien terkena Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kabupaten Buleleng mencapai angka 272 orang.

Adapun rincian jumlah pasien yang dirawat perbulannya yakni Januari ada 82 pasien, Februari ada 99 pasien, dan Maret ada 91 pasien. Jika melihat jumlah tersebut dan dibandingkan dengan jumlah total pasien yang dirawat akibat DBD pada awal tahun 2023 khususnya dari Januari sampai Maret yang totalnya 381 kasus, ternyata DBD di Kabupaten Buleleng mengalami trend penurunan.

Baca Juga :  DPRD Buleleng Terima Jawaban Bupati Atas Pandangan Umum Fraksi-fraksi

Selain itu Dinkes Buleleng mencatat masih ada 10 Desa/Kelurahan dengan kasus DBD terbanyak dari Januari sampai Maret 2024 diantaranya Desa Patas ada 20 kasus, Desa Kalibukbuk ada 14 kasus, Desa Kayu Putih dan Desa Kaliasem masing-masing ada 13 kasus, Desa Anturan ada 12 kasus, Desa Pemaron dan Desa Panji masing-masing 11 kasus, Desa Kerobokan ada 9 kasus, Desa Gerokgak ada 7 kasus, serta terakhir ada Desa Celukan Bawang ada 6 kasus.

Kemudian rentang usia masyarakat yang terkena DBD sejak Januari sampai Maret 2024 diantaranya usia 1-4 tahun sebanyak 5,78 persen, usia 5-14 tahun sebanyak 38,15 persen, usia 15-44 tahun sebanyak 41,04 persen, dan usia diatas 44 tahun sebanyak 15,03 persen.

Baca Juga :  BNNK Buleleng Bina Penggiat P4GN Guna Tekan Kasus Narkoba

Menyikapi data tersebut Penjabat (Pj) Bupati Buleleng, Ketut Lihadnyana saat ditemui Kamis (21/3/2024) mengaku telah meminta instansi terkait menggencarkan upaya mitigasi untuk mencegah lonjakan kasus terjadi seperti di kabupaten lainnya di Bali. Selain itu dirinya mengajak masyarakat di Kabupaten Buleleng untuk tetap waspada dan bersama-sama menjaga kebersihan lingkungan sekitar dengan meningkatkan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) melalui penerapan 3M (Menguras, Menutup, dan Mengubur).

“Kalau kita itu (mencegah kasus DBD melonjak,red) lebih mengutamakan upaya memitigasi, preventif, promotif lebih baik dibandingkan kuratif. Misalnya dari kita melangsungkan fogging setelah itu bersama-sama masyarakat meningkatkan PSN dengan menjaga kebersihan dan 3M plus,” tandasnya.(dar/bpn)

Dapatkan berita terbaru dari Baliportalnews.com di Google News