UGM
Mahasiswa UGM Teliti Fenomena Titip Absen Mahasiswa. Sumber Foto : Istimewa

BALIPORTALNEWS.COM, YOGYAKARTA – Siapa nih yang masih suka titip absen kuliah? Titip absen ini menjadi fenomena yang masih saja terjadi di dunia pendidikan terutama dikalangan mahasiswa. Perilaku ini merupakan tindak kecurangan yang dapat menumbuhkan jiwa korupsi yang mengancam masa depan bangsa.

Prihatin akan hal itu, sekelompok mahasiswa UGM tergerak melakukan penelitian terhadap fenomena titip absen di kalangan mahasiswa. Mereka adalah Yuda (Filsafat), Della Ayu Banon (Filsafat), Pertiwi (Filsafat), dan Annisa Dini Kamila (Sejarah). Kelimanya melakukan penelitian dibawah bimbingan oleh Dosen Sastra Jawa, FIB UGM, Rudy Wiratama, S.IP., M.A., melalui Program Kreativitas Mahasiswa Riset Humanioro 2023.

Baca Juga :  Sinergi dan Kolaborasi Membangun Ekonomi Syariah, Puncak Gebyar Ramadan Keuangan Syariah

Anisa mengatakan perilaku titip absen seolah-olah dinormaliasai oleh mahasiswa. Padahal perilaku ini memiliki konsekuensi besar yang mengakibatkan tergerusnya karakter moral mahasiswa.

“Kalau kita merujuk kepada dinamika historis bangsa, ya peran mahasiswa sangat sentral ya. Dikarenakan mahasiswa itu kan kaum muda generasi penerus bangsa, bahkan sejarah mencatat peristiwa-peristiwa bersejarah seperti pendesakan proklamasi itu kan dari kaum muda, era reformasi juga dari mahasiswa sebagai kontrol sosial ya, kalau kita lihat sekarang pergerusan moralitas mahasiswa sudah ada dan malah membudaya. Contohnya pada perilaku titip absen ini yang dinormalisasi,” ucapnya.

Baca Juga :  Bunda PAUD Tabanan Resmikan Gedung TK Negeri Marga

Dalam melakukan penelitian fenomena titip absen ini, mereka mencoba mengkaji perpektif ajaran dan nasihat Ronggowarsito yang mencetus etika Jawa berdasarkan Serat Kalatidha. Harapannya dengan menggali nilai-nilai aksiologis yang bersifat kearifan lokal berupa etika jawa ini dapat memberikan gambaran bagaimana manusia harus bertindak menggunakan pengetahuanya dalam melakukan penilaian kritis atas suatu fenomena yang buruk namun dinormalisasi oleh lingkungan sekitar.

Yuda menjelaskan Serat Kalatidha merupakan sebuah karya sastra Ronggowarsito yang memiliki makna mendalam dan filosofis mengisyaratkan tentang jiwa yang bebas tidak terpengaruh oleh lingkungan. Serat Kalatidha mengajarkan bagaimana menghadapi dan mengatasi kondisi yang berkembang, agar manusia tidak ikut larut dalam pusaran kehidupan. Serat ini memberikan arahan bagaimana manusia harus berbuat dan bersikap terhadap gejolak yang muncul.

Baca Juga :  Bunda PAUD Tabanan Kembali Berikan PMT dan APE Bagi Anak Usia Dini

“Tentunya ini sangat relevan sebagai pandangan hidup berupa ajaran untuk menolak banalitas yang terjadi pada fenomena titip absen ini,” tuturnya.(ugm.ac.id/bpn)

Dapatkan berita terbaru dari Baliportalnews.com di Google News