Kopi
Komang Sukarsana, petani muda asal Kintamani, Bangli, Bali. Sumber Foto : Istimewa

“Misi sederhananya adalah menciptakan pasar yang berkeadilan bagi petani, pembeli dan pelestarian alam, meningkatkan nilai kelokalan kopi Kintamani dan menciptakan destinasi wisata kopi ‘Journey of Bali Coffee’ untuk mensinergikan pertanian dengan dunia pariwisata di Bali yang bertumpu pada tiga nilai yaitu good, quality dan nature,” tuturnya.

Adil bagi petani, pembeli dan alam itulah yang kini diterapkan di Bali Arabica Cofee Kintamani. “Saya bina petani untuk memproduksi sesuai dengan kebutuhan saya. Kalau kualitas kopi sesuai dengan pesanan saya, saya beli dengan harga lebih mahal ketimbang yang biasa saja,” katanya.

Baca Juga :  Pemkot Denpasar Raih Penghargaan dari KPK RI, Sukses Tertibkan Prasarana, Sarana dan Utilitas Perumahan Terbanyak Tahun 2023

Untuk alam, Komang Sukarsana juga berusaha untuk adil. “Setiap 1 kg kopi yang saya jual saya kembalikan lagi untuk bibit. Makanya sampai saat ini saya membina sekitar 400-an petani,” katanya.

Selain itu, dengan menanam kopi berarti dirinya ikut membantu ketersediaan air Pulau Bali.

Dalam membina petani, dirinya juga memulai dengan mengajak para petani berhitung. Sebab, jika tidak bisa berhitung, maka petani akan selalu kesulitan. “Peran pemerintah juga penting. Karena selama ini yang terjadi saat ekonomi nasional stabil, justru petani yang susah,” harapnya.

Kedepan dia juga berharap pihak pengusaha hotel dan restoran menggunakan CSR punya kelompok petani binaan untuk menjadi supplier di tempat usahanya. Sehingga petani bisa memproduksi apa yang dibutuhkan pasar.(bpn)

Dapatkan berita terbaru dari Baliportalnews.com di Google News