
BALIPORTALNEWS.COM, BANGLI – Konsep kosmologi Tri Hita Karana merupakan falsafah hidup tangguh dalam ajaran agama Hindu.
Falsafah tersebut memiliki konsep yang dapat melestarikan keaneka ragaman budaya dan lingkungan di tengah hantaman globalisasi. Pada dasarnya ajaran Tri Hita Karana menekankan tiga hubungan manusia dalam kehidupan di dunia ini.
Ketiga hubungan itu meliputi hubungan dengan sesama manusia (pawongan) hubungan dengan alam sekitar (palemahan) dan hubungan dengan ke Tuhan (Parhyangan) yang saling terkait satu sama lain.
Setiap hubungan memiliki pedoman hidup menghargai sesama aspek sekelilingnya. Prinsip pelaksanaannya harus seimbang, selaras antara satu dan lainnya. Apabila keseimbangan tercapai, manusia akan hidup dengan menghindari daripada segala tindakan buruk. Hidupnya akan seimbang, tenteram, dan damai.
Salah satu implementasi dari konsep Tri Hita Karana bisa kita lihat dalam sebuah ritual upacara keagaamaan di bidang agrarian (pertanian) yaitu dalam pelaksanaan upacara mebiyukukung.
Mebiyukukung adalah salah satu upacara di bidang pertanian, upacara ini memiliki makna sebagai ungkapan puji syukur kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa dalam manifestasinya sebagai Bhatara Sri (Dewi Kemakmuran).