Baliportalnews.com
Baliportalnews.com

BALIPORTALNEWS.COM – Menteri Pertahanan (Menhan), Ryamizard Ryacudu meminta generasi muda untuk melakukan bela negara dalam upaya mengantisipasi ancaman terorisme dan radikalisme.

“Saya ingin berpesan pada generasi masa depan harus mempunyai kekuatan integritas, mental, dan pantang menyerah untuk berjuang membela bangsa dan negara,” tegasnya saat menjadi pembicara kunci pada Seminar Nasional Bela Negara dalam rangka peringatan Dies Natalis UGM ke-68 di Balai Senat UGM, Selasa (19/12/2017).

Ryamizard menyebutkan kesadaran bela negara harus ada dalam sikap dan perilaku setiap individu masyarakat Indonesia. Hal tersebut penting untuk menangkal ancaman yang sangat nyata mengancam Indonesia seperti terorisme, radikalisme,separatisme, perang siber, serta peredaran dan penyalahgunaan narkoba.

“Selain ancaman fisik, kita juga mengahdapi ancaman non fisik berupa serangan idiologis dengan kekuatan “soft power” yang berusaha merusak mindset dan jati diri bangsa Indonesia,” tuturnya.

Baca Juga :  Manfaatkan Kekuatan CBR250RR, Pebalap Astra Honda Kibarkan Merah Putih di ARRC China

Serangan ideologis ini dikatakan Ryamizard sebagai perang moderen atau yang dikenal dengan proxy war. Perang moderen tersebut dilakukan tanpa harus berhadapan secara fisik, tetapi dilakukan melalui upaya sistemik untuk melemahkan dan menghancurkan ideologi suatu bangsa.

“Perang ini murah, tanpa alutsista dan bisa menghancurkan negara,” jelasnya.

Karenanya Ryamizard menekankan pentingnya upaya penguatan kesadaran bela negara untuk memperkuat persatuan nasional. Hal tersebut merupakan sebuah keniscayaan yang tidak bisa ditawar-tawar lagi.

Sementara Kapolri Tito Karnavian dalam kesempatan tersebut menyampaikan pentingnya mengelola keberagaman Indonesia untuk menghindari terjadinya perpecahan.

Baca Juga :  Kementerian Pendidikan Bantah Kabar Seragam Sekolah Diganti Setelah Lebaran

“Keberagaman ini membuat Indonesi akaya, tetapi jika tidak dikelola justru bisa menjadi sumber perpecahan,” katanya.

Menurutnya, konflik terjadi karena adanya perbedaan yang tereksploitasi di masyarakat. Perbedaan-perbedaan yang ada akan saling berneturan apabila tidak dikelola dengan baik.

”Perbedaan harus direduksi, yang harus dieksploitasi adalah persamaan sehingga timbul solidaritas,” terangnya. (ika/humas-ugm/bpn: foto: bani)

Dapatkan berita terbaru dari Baliportalnews.com di Google News