Tumpek Wayang
Pemkot Denpasar Maknai Perayaan Tumpek Wayang Sebagai Momentum Otonan Jagat. Sumber Foto : Istimewa

BALIPORTALNEWS.COM, DENPASAR – Pemerintah Kota Denpasar menggelar persembahyangan Hari Raya Tumpek Wayang, bertepatan dengan Saniscara Kliwon, Wuku Wayang pada Sabtu (29/4/2023). Momentum ini juga dimaknai sebagai Otonan Jagat, hari baik untuk pembersihan, penyucian, serta pemuliaan jagat raya dan isinya.

Pemujaan saat Tumpek Wayang ditujukan kepada Sang Hyang Iswara melalui persembahan sesajen terhadap tuah pratima-pratima dan wayang. Persembahan juga disajikan bagi tetabuhan seperti gong, gender, angklung, dan lainnya. Oleh karena itu, Tumpek Wayang sendiri juga diartikan sebagai penghormatan terhadap seni dan keindahan.

Baca Juga :  Libatkan Ribuan Penari, Menteri PPPA RI Buka “Naluriku Menari 3" Peringati Hari Tari Sedunia

Pelaksanaan persembahyangan Tumpek Wayang di Kota Denpasar kali ini, dipusatkan di Pura Lokanatha, kawasan Lumintang, serta dipuput oleh Ida Pedanda Gede Putra Telaga, dari Griya Tegal Denpasar. Hadir saat itu segenap pejabat dan staf OPD di lingkungan Pemkot Denpasar.

Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Sekda Kota Denpasar, I Made Toya, usai persembahyangan mengatakan, pelaksanaan persembahyangan ini merujuk Instruksi Gubernur Bali Nomor 4 Tahun 2022, tentang Perayaan Rahina Tumpek Wayang Dengan Upacara Jagat Kerthi.

“Sesuai Instruksi Bapak Gubernur Bali, Pemkot Denpasar menggelar upacara persembahyangan  ini, sebagai wujud  pelaksanaan tata-titi kehidupan masyarakat Bali berdasarkan nilai kearifan lokal, dan juga wujud sradha dan bhakti umat kepada Sang Hyang Widi Wasa. Sehingga kedepannya, pelaksanaan tata kehidupan dan pembangunan di Kota Denpasar dapat berjalan lancar,” ungkap Made Toya.

Pada kesempatan yang sama, Ketua PHDI Kota Denpasar, Made Arka menjelaskan, perayaan Tumpek Wayang ini merupakan makna dari menjaga keharmonisan alam berserta isinya.

Baca Juga :  Ketua AMSI Bali: Hoaks Menurunkan Tingkat Kepercayaan Masyarakat pada Pemberitaan Media

“Tumpek Wayang memiliki beberapa kekhususan. Terutama jika ada anak yang lahir saat Wuku Wayang, maka harus diupacarai dengan mebayuh wayang sapuh leger. Kata sapuh leger terdiri dari dua kata, yakni sapuh artinya pembersihan, dan leger artinya maka atau kekotoran,” sebut Made Arka.

Bagi umat Hindu, lanjut Made Arka, Tumpek Wayang dianggap hari sakral karena merupakan pertemuan beberapa waktu terakhir atau transisi. Yaitu Kajeng (waktu terakhir dalam siklus Tri Wara), Kliwon (waktu terakhir dalam siklus Panca Wara), serta Saniscara (waktu terakhir dalam siklus Sapta Wara). Sedangkan Tumpek Wayang sendiri adalah hari raya tumpek yang terakhir, dalam siklus kalender Bali.(bpn)

Dapatkan berita terbaru dari Baliportalnews.com di Google News