UGM
Peneliti UGM Kembangkan Metode Deteksi Aliran Fluida Dalam Tanah Untuk Dukung Upaya Mengkap Karbon. Sumber Foto : Istimewa

BALIPORTALNEWS.COM, YOGYAKARTA – Emisi karbon telah menjadi persoalan global. Beragam cara dilakukan untuk mengurangi emisi karbon seperti pengembangan sumber energi alternatif, meningaktkan efisiensi bahan bakar kendaraan, dan pengembangan riset-riset untuk pengurangan emisi karbon. Salah satunya seperti yang telah dilakukan oleh peneliti FMIPA UGM. Mereka mengembangkan metode pendeteksi aliran fluida di dalam tanah (menggukanakan metode self potential and electric resistivity tomography) yang salah satunya bisa digunakan untuk mendukung upaya menangkap karbon.

Pengembang metode pendeteksi aliran fluida dalam tanah, Dr. rer. nat. Wiwit Suryanto S.Si., M.Si. dan Tim dari Laboratorium Geofisika, menyebutkan metode ini sebelumnya telah dikembangkan untuk mendeteksi keberadaan sungai di bawah tanah. Lalu, saat ini metode dikembangkan lebih lanjut untuk terapan carbon capture untuk mengembalikan karbon ke reservoar minyak bumi di dalam tanah.

Baca Juga :  Gelar Santunan Yatim Piatu, PT Hotel Indonesia Natour Berbagi Kebaikan di Bulan Ramadhan 1445 H

Apabila sebelumnya dalam proses pengangkatan minyak bumi mengahasilkan bahan bakar untuk industri dan transportasi, karbon akan dilepaskan di atmosfer dan menjadi polutan. Maka, dengan metode ini karbon yang ada dikumpulkan. Selanjutnya, karbon yang telah terkumpul tidak dilepaskan keatmosfer namun diinjeksi kembali ke reservoar di dalam tanah sehingga tidak mencemari udara dan mengurangi kadar karbon di udara.

“Nah saat proses injeksi karbon ini kan harus dipantau. Karbon bertekanan tinggi ini berbentuk fluida (cair) dipantau pergerakannya untuk memastikan supaya tidak keluar lagi, dipastikan kembali ke rumahnya lagi,” papar dosen departemen Fisika, Program Studi Geofisika UGM ini saat dihubungi Senin (21/11/2022).

Baca Juga :  Penerimaan Pajak Usaha Ekonomi Digital Tembus Rp23,04 Triliun, Kripto Sumbang Rp580,2 Miliar

Ia menjelaskan bahwa metode deteksi ini dikembangkan sejak awal tahun 2022 bekerjasama dengan Pertamina untuk jangka waktu kerjasama hingga 3 tahun kedepan. Saat ini pengembangan dilakukan dalam skala laboratorium. Rencananya pada 2023 mendatang metode ini akan dikembangkan dalam skala pilot project yang akan diimplementasikan di lapangan minyak milik Pertamina.

“Hasilnya cukup menjanjikan. Metode ini bisa melihat adanya perubahan tahanan jenis tanah (resistivity) yang bisa dideteksi di permukaan saat injeksi fluida,” tuturnya.(bpn)

Dapatkan berita terbaru dari Baliportalnews.com di Google News