Guru Penggerak
Talkshow Seri #1 Komunitas Guru Penggerak Kota Denpasar, Guru Penggerak Jadi Agen Perubahan. Sumber Foto : sgi/bpn

BALIPORTALNEWS.COM, DENPASAR – Komunitas Guru Penggerak Kota Denpasar bekerja sama dengan Dinas Pendidikan Kepemudaan dan Olahraga Kota Denpasar, menggelar Talkshow Seri #1 dengan tema ‘Bergerak dengan Hati, Pulihkan Pendidikan’ secara virtual pada Sabtu (4/12/2021) kemarin.

Talkshow yang dipandu oleh Ni Wayan Sariani, S.Pd., guru penggerak dari SD Satu Bumi Denpasar, dan dihadiri langsung Plt. Kepala Dinas Pendidikan Kepemudaan dan Olahraga Kota Denpasar, Dr. Ir. I Gusti Ngurah Eddy Mulya, SE., M.Si., sebagai Keynote Speaker yang diikuti oleh 400 peserta dari Bali, Jawa, Nusa Tenggara, hingga Papua secara virtual.

Selaku Koordinator Guru Penggerak Kota Denpasar Angkata 1, I Ketut Budiarsa, S.Pd., M.Pd dalam sambutanya, mengatakan kegiatan ini adalah kegiatan perdana bagi Komunitas Guru Penggerak Kota Denpasar angakatan 1 yang bertujuan untuk berbagi praktik baik para guru penggerak.

“Sahabat Penggerak, di Denpasar, di Bali, bahkan seluruh Indonesia bisa mengikuti media sosial Guru Penggerak Kota Denpasar, baik FB : Guru Pengerak Dps, IG : gurupenggerak_dps, maupun YouTube : GP Denpasar Official / Cyberschool Denpasar. Hal ini agar dengan mudah kami menyampaikan praktik baik,” jelas Budiarsa.

Talkshow ini yang dikemas secara santai dengan konsep berbagi pengalaman dari para  narasumber, yakni Ida Ayu Cintiya Nurina, S.Pd.AUD., guru penggerak dari TK Negeri Pembina Denpasar, I Wayan Suhendra, S.Pd.SD., guru penggerak dari SD N 22 Dangin Puri, dan I Gusti Ayu Kartika Natalia, S.Pd., M.Pd., guru SMP N 12 Denpasar. Ketiga narasumber ini dipilih sebagai perwakilan jenjang TK, SD, dan SMP dari 76 total keseluruhan guru penggerak Kota Denpasar angkatan 1.

Dalam kesempatan itu, Plt. Kepala Dinas Pendidikan Kepemudaan dan Olahraga Kota Denpasar, Dr. Ir. I Gusti Ngurah Eddy Mulya, SE., M.Si menjabarkan kata kunci dari definisi, cerita pengalaman, gerakan, serta ruang aktivasi yang dibangun oleh para guru penggerak menjadi 5, yakni 1) Pemimpin Pembelajaran, 2) Pusat Pembelajaran pada Murid, 3) Mendorong siswa proaktif yang inovatif dan kreatif, 4) Getok tular untuk diduplikasi guru lain, dan 5) Menciptakan ekosistem baru. Jika semua bisa dikemas dengan apik, maka Merdeka Belajar beriringan dengan Belajar Merdeka.

Baca Juga :  Lomba Puja Tri Sandya SD dan SMP se-Kota Denpasar

Bicara tentang kepemimpinan, Eddy Mulya berpesan agar semua aspek tidak lepas satu sama lain. Eddy Mulya menekankan untuk menjaga sustainability pendidikan melalui penguasaan Social Capital yang berkenaan dengan membangun asas TRUST (kepercayaan), NETWORK (jaringan), VALUE (nilai), dan COMMITMENT (komitmen).

“Pentingnya sinergi kolaborasi dalam Merdeka Belajar agar Guru Penggerak dapat memosisikan dirinya sebagai Pemimpin Pembelajaran baik manajerial, sosiokultural, maupun technical skill,” tambah Eddy Mulya.

Guru Penggerak
Talkshow Seri #1 Komunitas Guru Penggerak Kota Denpasar, Guru Penggerak Jadi Agen Perubahan. Sumber Foto : sgi/bpn

Sementara, narasumber 3 Guru Penggerak ketika ditanya tentang motivasi mengikuti guru penggerak, mengungkapkan tentang mirisnya pendidikan di Indonesia, keinginan menjadi guru inspiratif untuk rekan guru, menjadi teladan untuk anak didik, rasa penasaran tentang hal apa saja yang ada di dalam program pendidikan guru penggerak yang tentunya bisa dibagi, hingga keprihatinan kepada anak didik khususnya tentang apa saja hal yang diinginkan murid dari gurunya sehingga bisa membentuk diri menjadi guru yang diharapkan murid.

Baca Juga :  Spesial Bulan Kasih Sayang, Ada Promo di Virtual Exhibition

Eddy Mulya berharap motivasi-motivasi ini membuat guru penggerak menjadi dinamis, bergerak, dan berakselerasi alias percepatan. Percepatan akan menyebabkan adanya perubahan.

“Dimana pun kita berada, jadilah ‘Agen Perubahan’,” ujar Eddy Mulya yang telah meniti karier selama 28 tahun di Pemerintahan Kota Denpasar ini.

Menjadi guru penggerak tentu ada pula tantangannya. Ketiga narasumber berbagi pengalaman berkenaan tantangan, khususnya saat seleksi awal, mulai dari menjawab soal matematika dasar (tes skolastik) sementara basic bukan bidang keilmuan matematika, sebaliknya tantangan untuk menulis esai dalam waktu yang ditentukan sementara basic adalah guru matematika, system error yang tidak bisa dikuasai, hingga tantangan praktik mengajar dalam waktu singkat yang menuntut calon guru penggerak saat itu harus berpikir tentang hal yang harus ditonjolkan dalam praktik mengajar. Tantangan inilah yang membuat para guru penggerak terbiasa sejak awal untuk menghadapi tantangan di luar kebiasaan dan menjadi pribadi yang proaktif, inovatif, dan kreatif.

Diakui oleh ketiga narasumber, banyak materi baru yang didapatkan selama mengikuti program pendidikan guru penggerak, mulai dari Filosofi Ki Hadjar Dewantara, Coaching Skill, Keterampilan Sosial Emosional, Pengambilan Keputusan dalam Memimpin Pembelajaran, Mengakomodir Proses Pembelajaran sesuai karakter murid, bahkan hingga pembuatan program sekolah yang mengacu pada visi dan misi sekolah.

Hal yang paling penting dalam Program Pendidikan Guru Penggerak adalah aksi nyata yang dilakukan oleh setiap Guru Penggerak di sekolahnya masing-masing, seperti yang dilakukan oleh para narasumber; Gung Kartika menerapkan pembelajaran berdiferensiasi, Dayu dengan praktik Coaching, dan Suhendra dengan Metode Pembelajaran Adaptif yang berpusat pada murid. Pada intinya, semua aksi nyata yang diterapkan seluruhnya berpusat pada kebutuhan murid.

Baca Juga :  Didukung PHDI, MDA, FKUB, Sabha Upadesa Hingga Pasikian Yowana, Pemkot Denpasar Jajaki Ranperda Pelestarian Ogoh-Ogoh

“Pendidikan dan Pembelajaran saat ini sudah mengarah kepada kapasitas personal atau sosial yang dimiliki oleh guru sebagai mediator dan problem solver. Apakah guru mampu dengan itu? Terlebih di tengah gempuran perkembangan zaman serta teknologi. Untuk mencapai itu, 4C menjadi acuan, yakni Critical Thingking (Berfikir kritis), Creative (Kreatif), Communication (Komunikasi) dan Collaboration (Kolaborasi),” papar Eddy Mulya saat menanggapi pertanyaan dari salah satu peserta tentang atensi yang akan diberikan oleh Pemerintah Kota Denpasar untuk Guru Penggerak ke depannya.

Jika hal itu bisa dicapai, Eddy Mulya meyakini Pemerintah Kota Denpasar akan memberikan atensi kepada Guru Penggerak ke depannya sebagai pemimpin satuan pendidikan di ranah masing-masing.

“Ke depannya, pemimpin satuan pendidikan adalah guru penggerak. Hal ini dikarenakan pendidikan ini tidak mudah, dilakukan dengan seleksi ketat, dilakukan selama 9 bulan,” tambahnya.

Eddy Mulya berharap dalam waktu dekat, serangkaian ulang tahun Kota Denpasar, Guru Penggerak harus mengambil peran untuk menunjukkan bahwa pendidikan Kota Denpasar sudah bertransformasi menjadi Pendidikan yang Merdeka Belajar.

Setelah 3 perwakilan guru penggerak berbagi pengalamannya, acara ini ditutup dengan ajakan Eddy Mulya, “Mari serentak bergerak wujudkan merdeka belajar. Salam Guru Penggerak!”.(sgi/bpn)

Dapatkan berita terbaru dari Baliportalnews.com di Google News