Azid menjelaskan budidaya lobster air tawar diharapkan dapat menjadi lapangan kerja baru bagi masyarakat Kalurahan Jetis, Gunungkidul. Sebelumnya, banyak masyarakat yang tidak bekerja sehingga tidak punya penghasilan sama sekali. Masyarakat juga memiliki keterbatasan informasi dan pengetahuan mengenai budidaya lobster air tawar. Potensi wisata yang terus berkembang juga meningkatkan permintaan lobster air tawar untuk memenuhi kebutuhan kuliner wisatawan.
“Melalui program ini, masyarakat dapat memperoleh informasi mengenai pembudidayaan lobster air tawar, cara pengolahan menjadi berbagai jenis kuliner, dan pengemasannya,” terangnya.
Tak hanya itu, masyarakat juga dibimbing untuk memahami pengelolaan keuangan dan cara pemasaran dari produk berbahan lobster air tawar. Masyarakat juga dipersiapkan untuk menciptakan dan mengembangkan UMKM dengan produk berbahan dasar lobster air tawar.
Azid mengatakan budidaya lobster air tawar mempunyai prospek yang sangat tinggi karena lobster air tawar merupakan komoditas yang masih jarang dibudidayakan serta cara pembudidayaannya yang relatif mudah bagi pemula sekalipun.
Lobster air tawar dapat dipanen dengan berbagai macam ukuran untuk memenuhi kebutuhan pasar dengan harga yang berkisar antara Rp150.000,00 – Rp250.000,00 per kilogramnya. Sementara itu, untuk lobster hasil budidaya akan dijual baik masih hidup maupun olahan sesuai permintaan konsumen.
Nantinya lobster hasil budidaya akan dipasarkan ke restoran-restoran di sepanjang pantai Gunungkidul dan membuka banyak lapangan usaha baru bagi masyarakat sekitar. Harapannya lobster air tawar dapat membawa Kalurahan Jetis maupun Kabupaten Gunungkidul untuk memiliki identitas kuliner baru yaitu Lobster Air Tawar sebagai andalan di bidang wisata kuliner.(bpn)