Duta Hijau Bali
Budaya Pelestarian Lingkungan yang Mulai Ditinggalkan. Sumber Foto : Istimewa

BALIPORTALNEWS.COM, DENPASAR – Mereresik atau bersih-bersih merupakan salah satu budaya di Bali yang telah diwariskan oleh leluhur Bali. Terdapat spirit atau semangat ngayah dan juga gotong royong dalam kegiatan mereresik.

Namun nyatanya, budaya mereresik di Bali semakin jarang dilakukan. Terlebih lagi di tengah pembatasan aktivitas masyarakat seperti saat ini, kesehatan lingkungan juga harus tetap diperhatikan. Masih banyak masyarakat yang tidak membuang sampah pada tempatnya, sehingga lingkungan sekitar menjadi kotor dan berpotensi sebagai sumber penyakit.

Tak hanya di lingkungan sekitar kita, bahkan fenomena sampah di lingkungan alam seperti gunung pun sejatinya perlu diperhatikan. Hal tersebut memang menjadi persoalan masyarakat Bali, pola pikir dan wawasan terkait lingkungan sejatinya harus dimiliki oleh masyarakat agar menumbuhkan kepedulian terhadap lingkungan apalagi gunung merupakan tempat yang disucikan dan disakralkan keberadaannya oleh masyarakat Bali sejak dahulu kala.

Contohnya pada kawasan Gunung Batur, terutama di puncak gunung, terdapat banyak sekali sampah plastik. Bahkan sampah itu sampai ke lereng gunung karena mungkin diterbangkan angin. Sangat penting bagi setiap pendaki gunung memiliki kesadaran dan wawasan tentang menjaga kelestarian alam, salah satunya dengan tidak membuang sampah sembarangan.

Baca Juga :  Gandeng Jurnalis dan Blogger, Astra Motor Bali Kupas Teknologi Honda EM1:e

Sampah plastik memerlukan waktu puluhan hingga ribuan tahun agar dapat terurai secara alami. Terlebih lagi sampah plastik di Gunung Batur sampai mengendap di tanah, tentunya ini akan berpengaruh terhadap kesuburan tanah.

Merespon fenomena sampah di Gunung Batur ini, Duta Hijau Bali: Ambassador of Bali Environment mengadakan kegiatan Kembali Ke Alam: Mendaki dan Mereresik Gunung Batur pada tanggal 26-27 Juni 2021.

Dapatkan berita terbaru dari Baliportalnews.com di Google News