ITB STIKOM Bali
Ketua APTISI Pusat Dr. M. Budi Djatmiko (tengah) foto bersama pejabat struktural ITB STIKOM Bali usai memberikan presentasi tentang tantangan perguruan tinggi di era Society 5.0. Sumber Foto : Istimewa

Karena itu Abe menelorkan konsep masyarakat baru yang dikenal dengan sebutan Society 5.0. Yakni sebuah konsep masyarakat yang berpusat pada manusia (human centered) dengan berbasis pada kemajuan teknologi (technology based). Lalu apa yang harus dilakukan perguruan tinggi di Indonesia menghadapi perubahan yang begitu cepat itu?

“Dibutuhkan seorang perusak sistem lama, kita butuh seorang CDO atau Chief Disruption Officer,” tegas Djatmiko.

Dia memberi ilustrasi begini. Di era Pandemi Covid–19 ini perusahaan-perusahaan besar berlomba mencari seoramg CEO (Chief Executive Officer) yang handal untuk menjalankan bisnisnya, maka saatnya kampus membutuhkan seorang CDO, seorang rektor perusak kampus, yakni sosok yang mampu melakukan inovasi dan adaptasi dengan perubahan serta melabrak zona nyaman yang ada di kampus selama ini.

“Kampus harus segera membuat inovasi, ke depan dosen bukanlah segalanya karena mahasiswa bisa belajar di mana saja, kapan saja dengan berbagai sumber digital,” tegas Budi Djatmiko.

Baca Juga :  Libatkan Ribuan Penari, Menteri PPPA RI Buka “Naluriku Menari 3" Peringati Hari Tari Sedunia

Menurut dia, kata kuncinya teletak pada kemampuan dosen untuk membuat dan mengkolaborasikan empat poin.

“Pertama, literasi data, yaitu kemampuan untuk membaca, analisis dan menggunakan informasi (big data) di dunia digital. Kedua, literasi teknologi, yakni memahami cara kerja mesin, aplikasi teknologi (cooding, artificial inteligence, machine learning, engineering principles, biotech). Ketiga, literasi manusia, yaitu humanities, komunikasi dan desain. Keempat adalah pembelajaran sepanjang hayat,” pungkas Budi Djatmiko.(bpn)

Dapatkan berita terbaru dari Baliportalnews.com di Google News