“Dulu banyak ditanami kopi arabika dan pohon besar jadi sungai di bawah punya air. Sekarang banyak tanaman bunga di atas, cengkeh di bawah, jadi air susah di bawah,” jelasnya.
Lebih lanjut, ia menjelaskan gagasan bagaimana pemerintah bisa turut andil dalam mengelola penggunaan lahan pertanian. Pemerintah bisa membeli tanah, untuk dikembalikan lagi ke masyarakat dengan sistem Hak Penggunaan Lahan (HPL).
“Sehingga pemerintah juga bisa mengelola. Misalnya sekian persen tanaman kopi sekian persen tanaman yang lebih menghasilkan. Seperti stroberi atau lainnya,” ucapnya.
Ia berharap petani muda di Buleleng bisa terus mengembangkan pertanian. Dan akan berdiskusi tentang masalah hulu-hilir hingga penggunaan lahan.
“Dulu susah mengajak pemuda untuk bertani, sekarang luar biasa adik-adik saya petani muda keren sudah menjadi pionir dalam pertanian inovatif yang menuju ke pertanian berkelanjutan,” pungkasnya.
Sementara itu, Menteri Pertanian RI Syahrul Yasin Limpo mengatakan bahwa apa yang dilakukan hari ini di Buleleng merupakan bentuk loncatan yang dilakukan untuk menggunakan seluruh kemampuan kita dalam merekayasa pertanian dengan pendekatan tekonologi, dan kecerdasan buatan.