Baliportalnews.com
Baliportalnews.com

BALIPORTALNEWS.COM – Serangkaian hari raya Galungan dan Kuningan, para pelajar di Bali mendapat jatah liburan selama dua pekan penuh mulai 5-18 September 2016. Namun, mereka diharapkan mampu mengisi liburan itu dengan berbagai aktivitas bermanfaat.

‘’Saya berharap libur hari Galungan dan Kuningan ini juga dimanfaatkan dengan baik oleh pihak sekolah, masyarakat dan orangtua dalam rangka menunjang pendidikan budi pekerti bagi siswa,’’ ujar Sekretaris Disdikpora Kota Denpasar, Wayan Sukana, Senin (5/9/2016).

Menurut Sukana, pendidikan tidak hanya berlangsung di dalam kelas, namun juga berlangsung di lingkungan keluarga dan masyarakat. Pendidikan tak hanya mengejar angka-angka, tetapi juga mengutamakan budi pekerti. Keberhasilan anak-anak dalam menempuh pendidikan juga diukur dari segi moralnya.

‘’Libur hari raya ini bisa dimanfaatkan sebagai momentum strategis untuk mentransformasikan nilai-nilai budaya dan agama kepada para pelajar,’’ tegasnya.

Baca Juga :  Beda Masalah, Selesai di Tempat yang Sama

Ia menambahkan, libur panjang itu mesti berguna bagi anak-anak dalam rangka pendalaman sraddha dan bhakti kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Di samping itu, libur hari raya tersebut digunakan untuk mentransfer nilai-nilai budaya dan agama. Dengan demikian, anak didik betul-betul mendapatkan pengayaan yang matang tentang ajaran agama yang dianutnya. Demikian juga pengayaan mereka terhadap budaya.

‘’Di samping lewat lembaga sekolah, mereka bisa memperoleh pendalaman itu di lingkungan keluarga dan masyarakat, terutama saat terlibat langsung dalam kegiatan ritual dan budaya. Alangkah indahnya jika liburan dimanfaatkan untuk kepentingan tersebut,’’ katanya.

Baca Juga :  Berbagi Kebahagiaan di Bulan Suci Ramadhan, ACC Gelar Program CSR ”Tumbuh-kan Kebaikan” di Bali

Sukana mengatakan, orangtua harus melibatkan mereka dalam membuat sesajen atau perlengkapan sarana ritual lainnya agar liburan tersebut bermanfaat bagi pemahaman anak-anak tentang nilai-nilai budaya dan agamanya.

Orangtua juga diharapkan mampu memberikan penjelasan secara sempurna makna di balik ritual tersebut, sehingga istilah anak mula keto dan gugon tuwon tidak lagi menjadi semacam budaya.

‘’Libur panjang itu tak sematamata merayakan hari raya, tetapi ada pemaknaan dalam rangka peningktan sraddha dan bhakti. Anak-anak juga mesti melibatkan diri secara intensif di lingkungannya masing- masing dalam kegiatan agama dan budaya,’’ pungkasnya. (tis/bpn)

Dapatkan berita terbaru dari Baliportalnews.com di Google News