Posko PPDB di SMP Dwijendra. Sumber Foto : Istimewa

“Saya sangat berharap anak bisa bersekolah di negeri. Tapi apa boleh buat nilai kecil, akhirnya nama anak tiang (saya) hilang. Mau tak mau sekarang hanya bisa sekolah di swasta,” ungkapnya.

Dalam kondisi Covid-19 seperti saat ini, kata dia, semua sudah berat, dan jangan dibuat berat lagi. Ia berharap ada kebijakan dari pemerintah memberi kesempatan bersekolah di negeri.

“Untuk bayar sekolah di swasta saya masih mampu kendati harus ngutang dulu, tapi setelah itu keluarga kami tak bisa makan,” aku Made Yasa yang hanya bekerja sebagai buruh serabutan.

Secara terpisah, Kepala SMP PGRI 5 Denpasar, Made Raditya Berata, mengungkapkan, calon siswa sudah mulai ada yang datang ke sekolah untuk mendaftar. Hanya saja, calon siswa yang mendaftar ulang baru puluhan siswa dari 250 calon siswa yang mendafar.

Baca Juga :  Pertamina Tambah 130 Ribu Lebih Tabung LPG untuk Pulau Bali

Ia memprediksi masih lambatnya pendaftaran di swasta disebabkan masyarakat masih menunggu pengumuman resmi calon siswa yang diterima di sekolah negeri melalui jalur zonasi. Dugaan lain, lulusan SD di Denpasar yang ber-KK luar Kota Denpasar banyak memilih pulang kampung dan melanjutkan pendidikan anaknya di kampung karena terkendala ekonomi dampak dari pandemi Covid-19.

Raditya Berata menyampaikan, pada PPDB tahun ini SMP PGRI 5 Denpasar tidak memungut biaya pendaftaran alias gratis. Sekolah yang berlokasi di Jalan Gunung Agung Gg. Indus No. 8, Denpasar yang dikenal tertib, disiplin dan berprestasi ini juga memberikan diskon khusus 25 persen.

Dapatkan berita terbaru dari Baliportalnews.com di Google News