Baliportalnews.com
Baliportalnews.com

BALIPORTALNEWS.COM Wakil Presiden Republik Indonesia Muhammad Jusuf Kalla mengajak dunia internasional untuk perkuat kerjasama dalam upaya pencegahan terorisme dan paham radikal yang berkembang di masyarakat. Hal itu diutarakannya dalam acara 2nd International Meeting on Counter-Terrorism di Hotel Sofitel, BTDC Nusa Dua, Rabu (10/8/2016).

Menurutnya terorisme  sudah menjadi  masalah antar negara, bukan hanya masalah satu negara saja. Untuk itu dia berharap melalui pertemuan ini semua negara di dunia bisa memperkuat kerjasama dalam mengantisipasi bahaya teror secara bersama sama. Dia juga menambahkan bahwa paham radikalisme dan terorisme selalu jalan berdampingan. “sudah seharusnya kita tidak lagi mencari siapa dan darimana teroris itu, tapi lebih dari kita harus mendalami kenapa bisa ada teroris?” Bebernya.

Sementara itu, Jusuf Kalla juga berpendapat jika aksi teror dewasa ini sudah tidak begitu memerlukan pendanaan yang tinggi. Belajar   dari kasus teror di Nice, Perancis, beberapa waktu yang lalu, bahkan teroris cukup menyewa bus dengan murah lalu menabrakkan hingga merenggut nyawa puluhan orang.

“Itulah trend sudah berubah, kita tidak usah fokus lagi mencari sumber dana para teroris, karena teroris bisa berbuat apa saja dan kapan saja,” imbuhnya yang dalam kesempatan itu hadir  didampingi oleh Menteri Koordinator Hukum dan HAM, Wiranto serta Gubernur Bali Made Mangku Pastika.

Baca Juga :  The Apurva Kempinski Bali dan Samsara Living Museum Hadirkan Pameran Lontar Kitab Sutasoma

Selain itu, dia juga mengapresiasi terpilihnya Bali sebagai pertemuan forum ini. Selain Bali merupakan tempat yang sangat representatif di Indonesia dalam menyelenggarakan forum berkelas internasional, dia juga mengungkapkan jika Bali mempunyai pengalaman akan serangan teroris. “Kita pernah mengalami serangan bom Bali 1 dan 2 di bulan oktober 2002 dan 2005.

Dan sebagian besar korban adalah WNA, berkaca dari pengalaman itulah kita anggap kerjasama antar negara sangat penting demi mencegah teroris,” ungkap Kalla. Selain mempererat kerjasama di bidang keamanan melalui pertemuan ini, Jusuf Kalla juga berharap agar bisa terjalin hubungan yang lebih erat dari semua elemen bangsa yang duduk bersama dalam momen ini. “Saya tekankan sekali lagi, para teroris tidak memiliki agama, mereka hanya memakai agama sebagai kedok,” tandasnya.

Baca Juga :  Bank Indonesia Bali Buka Penukaran Uang Rupiah di Daerah Wisata Pantai Kuta Kabupaten Badung Bersama Bendesa Adat

Sementara itu, Menteri Koordinator Politik Hukum dan HAM Wiranto mengungkapkan memang tidak satu negara pun yang luput dari target para teroris. Menurutnya teroris sudah menyerang banyak negara di seluruh dunia. Bahkan dewasa ini kehadiran ISIS telah menjadi momok tersendiri bagi seluruh negara di dunia.

Wiranto juga menambahkan beberapa poin yang dibahas dalam forum yang dihadiri oleh 23 negara, 3 organisasi internasional yaitu ASEAN, PBB dan Interpol serta melibatkan 104 peserta ini adalah langkah strategis dalam menangkal paham radikalisme meluas, hingga beberapa bahasan kerjasama dalam menumpas pergerakan teroris.

Selain itu dalam pertemuan 3 hari yang berlangsung dari tanggal 9 hingga 11 Agustus itu juga membahas tentang teknologi cyber yang akan dugunakan bersama dalam upaya mencegah jaringan teroris semakin meluas. Teknologi itu juga digunakan para teroris dan penyebar paham radikal untuk propaganda, rekrutmen, cyber attack hingga cyber crime. Ia juga menambahkan bahwa para delegasi dalam pertemuan ini sepakat untuk mengurangi penyebab paham terorisme yaitu kemiskinan kesenjangan ekonomi dan ketidakadilan sosial di seluruh dunia.

Baca Juga :  Hibah Badung Angelus Buana Rp11,9 Miliar Lebih untuk Buleleng

Hadir pula dalam kesempatan itu hadir pula Jaksa Agung Austalia George Brandis yang menyatakan jika negaranya selalu peduli akan isu terorisme mengingat warganya sudah sering menjadi target aksi teroris. Dia juga menyepakati pentingnya koordinasi dan kerjasama antar negara dalam membendung semakin meluasnya jaringan teroris.

Sementara mengenai paham radikal Ia mengharapkan agar bisa dicegah sedini mungkin mulai dari lingkungan terdekat, karena melalui perkembangan teknologi internet paham itu sangat gampang tersebar. Dia juga menyoroti perkembangan dunia internasional terutama di Suriah dan Irak, dua negara asal para teroris.

“Saya sangat takut jika perkembangan politik di sana bisa berdampak bagi keamanan dunia. Jangan sampai ada perang dunia III kelak,” imbuhnya.

George Brandis juga mengharapkan dalam pertemuan ini para ahli bisa membagi pengetahuan tentang cara mencegah teroris serta paham radikal supaya tidak semakin meluas.

Dapatkan berita terbaru dari Baliportalnews.com di Google News