BALIPORTALNEWS.COM – Beberapa Akademisi dari berbagai universitas di Indonesia dan Universitas Kyoto, Jepang, yang tergabung dalam kegiatan Bali International Field School (BIFS) 2016 mengadakan penelitian pengelolaan subak di Kabupaten Gianyar. Mereka akan berusaha menelaah bagaimana kelanjutan subak di Kabupaten Gianyar, mengingat subak di Gianyar sudah mendapat pengakuan sebagai warisan budaya dunia dari UNESCO.

Kegiatan Bali International Field School (BIFS) 2016 berlangsung di Puri Agung Gianyar, Kamis (18/8/2016). Kedatangan para akedemisi baik Indonesia dan Jepang itu diterima  Bupati Gianyar, A.A Gde Agung Bharata, beserta para ahli budaya Kabupaten Gianyar.

Baca Juga :  Pembalap Muda Binaan Honda Ayumu Iwasa Akan Tampil Perdana di Sesi Latihan Bebas F1 Grand Prix Jepang 2024

Ketua Badan Pelestarian Pusaka Indonesia, Hasim Djojohadikusumo mengatakan kegiatan ini merupakan kali kedua melakukan penelitian subak Kabupaten Gianyar. Adapun penelitian sistem subak diadakan selama kurang lebih satu minggu, mulai Rabu (17/8/2016) dan berakhir Senin (22/8/2016) mendatang berlangsung di Nyuh Kuning, Ubud, Gianyar.

Hasim Djojohadikusumo mengharapkan seluruh peserta mendapat pengalaman yang berharga selama penelitian berlangsung. ”Dengan keberagaman budaya dan karakter masyarakat yang bersahabat, semoga kalian dapat memetik sesuatu yang bermakna,” harap Hasim Djojohadikusumo.

Hasim Djojohadikusumo menambahkan kerjasama ini dapat terjalin secara berkesinambungan agar kedepannya subak dapat lebih bermanfaat mengingat air merupakan sumber kehidupan masyarakat.

Baca Juga :  Ini Cara Bikin Kendaraan Premium ala Italia Tetap dalam Kondisi Prima Selama Libur Lebaran 2024

Bupati Gianyar, AA Gde Agung Bharata, mengatakan sebuah kehormatan bagi Pemkab Gianyar telah dipercaya menjadi tuan rumah BIFS 2016. Ini merupakan kesempatan besar untuk membangun hubungan dari sisi budaya antar negara yang berpartisipasi. ”Hal ini sejalan dengan komitmen Pemkab Gianyar untuk menjaga warisan pusaka budaya yang dimiliki Kabupaten Gianyar,”jelasnya.

Bupati Agung Bharata berharap penelitian tersebut dapat memberikan kontribusi nyata terhadap perkembangan sistem subak sejauh ini. Sebab, seiring perkembangan jaman, peninggalan sejarah seni dan budaya mengalami ancaman, yang salah satunya dari vandalisme. ”Saya harap melalui BIFS dapat gugah kesadaran masyarakat akan keberadaan sistem irigasi di Bali yang dijiwai oleh konsep Tri Hita Karana,” harap Bupati Agung Bharata.

Dapatkan berita terbaru dari Baliportalnews.com di Google News