Buleleng
Pejabat Bupati Harapkan Pariwisata MICE Dibawa Ke Buleleng. Sumber Foto : Istimewa

BALIPORTALNEWS.COM, BULELENG – Pejabat Bupati Ketut Lihadnyana harapkan pariwisata Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition (MICE) lebih banyak dibawa ke Buleleng.

Hal itu disampaikannya saat memberikan sambutan dalam Pengukuhan Pengurus Badan Pimpinan Cabang Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (BPC PHRI) Buleleng di Krisna Funtastic Land, Desa Temukus, Kecamatan Banjar, Jumat (2/12/2022).

Lihadnyana menjelaskan dalam rangka memulihkan perekonomian khususnya di bidang pariwisata, rencana jangka pendeknya adalah bagaimana mendatangkan wisatawan atau orang yang banyak. Utamanya dalam bidang pariwisata MICE. Orang bisa datang dengan jumlah yang banyak dan melakukan pertemuan-pertemuan besar. Seperti nanti, akan ada Jambore Nasional Ikatan Motor Indonesia (Jamnas IMI). Pada saat yang bersamaan, saat ini ada pula pertemuan tingkat Provinsi Bali di Buleleng. Paling tidak mengisi hotel-hotel sehingga kegiatan pariwisata maupun perekonomian bisa bergerak.

“Dengan jaringan yang dimiliki oleh Wakil Gubernur, saya berharap kegiatan-kegiatan MICE bisa lebih banyak dibawa ke Buleleng. Karena Buleleng memiliki ciri khas seperti adanya lumba-lumba. Itu juga yang harus kita jaga,” jelasnya.

Baca Juga :  Sudah Berstatus Tersangka, Ketut Nekat Lagi Inapkan Anak Orang dan Menyetubuhinya

Dalam bidang pariwisata, Buleleng berbeda dengan daerah lainnya di Provinsi Bali. Ini juga harus dikelola dengan cara yang berbeda pula. Di Buleleng lebih mengedepankan pariwisata hijau atau pariwisata yang berbasis lingkungan.

“Pariwisata yang berkualitas. Tidak meniru Ubud dan Kuta yang merupakan basis pariwisata di Bali,” ucap Lihadnyana.

Di sisi lain, Ketua Badan Pimpinan Daerah (BPD) PHRI Provinsi Bali yang juga Wakil Gubernur Bali, Tjokorda Artha Ardana Sukawati mengajak PHRI Buleleng mendorong Pemkab Buleleng untuk meniru apa yang sudah dilakukan Kabupaten Banyuwangi. Di Kabupaten Banyuwangi, tidak ada hotel bintang satu hingga bintang tiga. Membangun hotel harus bintang empat atau lima. Ini diterapkan untuk menjaga pasar agar tidak rusak.

“Agar homestay atau hotel melati bisa terus eksis dan perang harga tidak terjadi. Hal tersebut yang terjadi sekarang di tempat saya yaitu Ubud. Hotel melati atau homestay harus bersaing dengan hotel bintang satu atau dua yang harganya sama,” katanya.

Oleh karena itu, perlu diadakan moratorium. Hotel-hotel yang tidak banyak memberikan manfaat kepada masyarakat dikendalikan keberadaannya. Sembari PHRI Buleleng bekerjasama dengan pemerintah melakukan studi mengenai daya dukung di Kabupaten Buleleng.

“Agar masyarakat yang memiliki usaha homestay ataupun hotel melati lebih lega menjual kamarnya,” imbuh pria yang akrab disapa Cok Ace ini.(bpn)

Dapatkan berita terbaru dari Baliportalnews.com di Google News