Pertanian
HKTI Bali Rekomendasi Pertanian Sebagai Penggerak Ekonomi Bali. Sumber Foto : Istimewa

BALIPORTALNEWS.COM, DENPASAR – Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Bali merekomendasikan kepada Pemerintah Provinsi Bali untuk menjadikan sektor pertanian sebagai penggerak ekonomi Bali. Bali diharapkan tidak lagi terlalu memprioritaskan sektor pariwisata karena sangat mudah goyah ketika terjadi goncangan.

“Kita tidak boleh lagi terlalu tergantung pada sektor pariwisata, karena mudah limbung. Maka pertanian harus dijadikan penggerak dasar struktur perekonomian Bali,” kata Ketua HKTI Bali Prof. Dr. Ir. I Nyoman Suparta, MS., MM., IPU saat webinar serangkaian HUT Ke-48 HKTI di Denpasar pada Sabtu (22/5/2021).

Baca Juga :  Wawali Arya Wibawa Hadiri Karya Melaspas Kori Agung dan Candi Bentar Pura Puseh Desa Adat Pedungan

Menurut Suparta, kebijakan pembangunan ekonomi selama ini yang bertumpu pada sektor pariwisata, dan sektor pertanian sebagai pendukung pariwisata hanya bersifat pelengkap. Fakta menunjukkan bahwa sektor pariwisata sangat rapuh dan rentan terhadap perubahan terjadinya gejolak social, ekonomi, politik dan pertahanan keamanan regional maupun global.

Ia menegaskan bahwa arah pembangunan perekonomian Bali seyogianya bertumpu pada 4 (empat) sektor adalan dan unggulan yaitu: sektor pariwisata, pertanian, industri kecil dan UMKM, tetapi dalam implementasinya selama ini pembangunan perekonomian hanya menitik beratkan pada sektor pariwisata walaupun dalam dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM)  sektor lainnya sebagai pendukung tapi nyaris tidak ditangani secara komprehensif.

Baca Juga :  PPDB SMP Negeri Denpasar 2024: Daya Tampung Berkurang, Empat Jalur Pendaftaran Tetap Digunakan

Plt. Kadis Pertanian dan Tanaman Pangan Provinsi Bali, Ketut Lihadnyana mengakui pembangunan pertanian yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan pada saat ini merupakan suatu keharusan. Mengingat pertanian di tidak saja berperan dalam penyediaan pangan dan bahan baku industri tetapi juga dalam memperluas lapangan kerja, pengentasan kemiskinan, dan pelestarian lingkungan.

“Berbagai tantangan dan permasalahan yang ada dalam mengembangkan pembangunan pertanian seperti alih fungsi lahan, keterbatasan irigasi, gangguan hama penyakit serta bencana alam dan semakin mahalnya harga sarana produksi perlu kita sikapi bersama,” jelas Lihadnyana.

Dapatkan berita terbaru dari Baliportalnews.com di Google News