Tumpek Landep
Keris. Sumber Foto : bpn

BALIPORTALNEWS.COM, BADUNG – Agama Hindu memiliki banyak Hari Raya yang dalam bahasa Bali disebut dengan Rerahinan, salah satu Hari Raya tersebut adalah Tumpek Landep yang dirayakan setiap Saniscara (Sabtu) Kliwon Wuku Landep.

Tumpek landep termasuk dalam upacara yang berdasarkan Pawukon (Wuku) sehingga peringatannya jatuh setiap enam bulan sekali menurut kalender Bali (210 hari). Tumpek Landep berasal dari kata Tumpek yang berarti tampek atau dekat dan Landep yang berarti tajam.

Anak Agung Sri Anggreni, S.Pd.H selaku Penyuluh Agama Hindu Kecamatan Mengwi, Badung menjelaskan, secara filosofi Tumpek Landep merupakan ungkapan rasa terima kasih umat manusia kepada Tuhan, yang turun ke dunia untuk memberikan ketajaman pemikiran kepada manusia. Ketajaman tersebut layaknya senjata yang berbentuk lancip (runcing) seperti keris, pisau, dan pedang.

“Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa Hari Raya Tumpek Landep adalah hari raya mengandung arti permohonan, ungkapan rasa syukur dan terima kasih kepada Sang Pencipta yang telah memberikan kemudahan, rahmat dan ketajaman pikiran, di hari ini juga manusia dan umat Hindu khususnya di Bali diajarkan agar dapat mempergunakan dan memanfaatkan benda yang terbuat dari logam untuk kesejahteraan dan kemakmuran dalam menjalankan kehidupan,” jelasnya.

Baca Juga :  Jalan Kaki Sejauh 5 Kilometer, Ribuan Umat Hindu Iringi Upacara Melasti Karya Ida Bhatara Turun Kabeh

Pada Tumpek Landep masyarakat Hindu akan melakukan pemujaan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa dalam manifestasinya sebagai Sang Hyang Pasupati sebagai penguasa senjata atau peralatan besi.

Anak Agung Sri Anggreni menambahkan, pelaksanaan Tumpek Landep di era globalisasi membawa keunikan tersendiri. Masyarakat Hindu mengupacarai segala jenis pelaratan atau teknologi yang mendukung aktivitas keseharian. Upacara Tumpek Landep yang kenyataannya kurang dipahami fungsi dan maknanya di masyarakat. Secara tradisi Tumpek Landep sering dikatakan sebagai upacara ngotonin senjata-senjata yang tajam terbuat dari logam seperti keris. Kemudian berkembang menjadi upacara ngotonin benda-benda yang mengandung unsur besi seperti motor, televisi, mobil, kulkas dan sebagainya.

Dapatkan berita terbaru dari Baliportalnews.com di Google News