Baliportalnews.com
Baliportalnews.com

BALIPORTALNEWS.COM, YOGYAKARTADelirium disebut-sebut menjadi salah satu gejala baru Covid-19. Penyakit ini diklaim banyak ditemukan pada pasien Covid-19 di usia lanjut atau lansia.

Dokter Spesialis Saraf Rumah Sakit Akademik Universitas Gadjah mada (RSA UGM), dr. Fajar Maskuri, Sp.S., M.Sc., mengatakan delirium merupakan gangguan sistim saraf pusat yang berupa gangguan kognitif dan berkurangnya kesadaran terhadap lingkungan. Kondisi ini terjadi akibat disfungsi otak pada beberapa pasien Covid-19.

Ia menyampaikan terdapat sejumlah gejala deilirium. Salah satunya adalah kebingungan pada pasien Covid-19. Lalu, disorientasi, bicara menggigau, sulit konsentrasi/kurang fokus, gelisah, serta halusinasi.

“Gejala-gejala itu munculnya fluktuatif dan biasanya berkembang cepat dalam beberapa jam atau beberapa hari,” jelasnya saat dihubungi Kamis (17/12/2020).

Baca Juga :  ITDC Pertahankan Sertifikasi SNI ISO 37001:2016

Adapun penyebab delirium pada pasien Covid-19 disebutkan Fajar karena multifaktor. Salah satunya kurangnya oksigen dalam tubuh atau hipoksia. Berikutnya, adanya penyakit sistemik dan inflamasi sistemik, gangguan sistem pembekuan darah yang terlalu aktif (koagulopati), dan infeksi Covid-19 langsung ke saraf. Lalu, mekanisme autoimun pasca infeksi dan endoteliitis turut berpengaruh terhadap munculnya delirium pada pasien namun dengan intensitas lebih jarang dibandingkan mekanisme yang lain.

Lalu seberapa sering delirium muncul pada pasien Covid-19? Fajar menjelaskan bahwa gangguan neurologis dapat terjadi pada sekitar 42.2% pasien Covid-19. Sementara manifestasi gangguan neurologis tersering pada pasien Covid-19 adalah nyeri otot (44.8%), nyeri kepala (37.7%), delirium (31.8%), dizziness (29,7%).

Dapatkan berita terbaru dari Baliportalnews.com di Google News