Baliportalnews.com
Baliportalnews.com

BALIPORTALNEWS.COM, DENPASAR – Penambahan kasus positif Covid-19 terus mengalami peningkatan. Sesuai data yang didapat Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Provinsi Bali, hingga Kamis (18/6/2020) jumlah total positif Covid-19 sebanyak 895 orang. Sedangkan total sembuh sebanyak 553 orang.

Baca Juga :  Konsisten Sebarkan #Cari_Aman Melalui Kunjungan ke Sekolah Binaan

“Pada hari ini (Kamis) tercatat jumlah positif sebanyak 66 orang, yakni 2 PMI dan 64 transmisi lokal, kemudian yang sembuh 11 orang. Kasus aktif yang masih dalam perawatan sebanyak 336 orang di 11 rumah sakit, Bapelkesmas dan BPK Pering, dengan angka kasus meninggal tetap 6 orang,” ujar Ketua Harian Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Provinsi Bali, Dewa Made Indra dalam rapat virtual terkait evaluasi optimalisasi tempat karantina, di Denpasar, Kamis (18/6/2020).

Disampaikan, hingga saat ini sudah 16.961 pekerja migran Indonesia yang datang, yakni 12.705 asal Bali dan sisanya asal luar Bali namun ikut turun melalui Bali. Jumlah kedatangan pekerja migran Indonesia dan ABK diperkirakan masih terjadi mengingat belum semua diantara mereka tiba di Indonesia, khususnya Bali.

Lebih lanjut Dewa Indra mengatakan, tren penambahan kasus positif Covid-19 mulai mengalami perubahan yang sebelumnya disumbangkan oleh imported case, saat ini penambahan terjadi karena banyaknya oknum warga yang tidak menerapkan protokol kesehatan sehingga mengakibatkan transmisi lokal.

Positif Covid-19 ini tentunya membutuhkan tempat karantina yang memadai dengan jumlah fasilitas sarana prasarana dan tenaga medis.

“Dengan jumlah yang terus meningkat tentu mengakibatkan tempat karantina semakin penuh, sehingga diperlukan sirkulasi yang cepat dan terkoordinir antar instansi dan pihak terkait,” tegasnya.

Dewa Indra meminta Kalaksa BPBD, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali dan Kepala Dinas Kominfo Provinsi Bali melakukan koordinasi lebih lanjut dan follow up terkait kebutuhan yang diperlukan pada tempat karantina, termasuk keperluan WiFi, serta tempat tidur bagi tenaga keamanan yang menjaga tempat karantina.

Pengelolaan karantina yang harus di-update sesuai situasi kondisi di lapangan adalah membangun kesepakatan baru, dimana yang terdahulu akan mengalami perubahan sesuai dengan situasi real saat ini.

Baca Juga :  Gelar Apel Kesiapsiagaan, Dinsos P3A Bali Peringati HUT Ke-20 Tagana dan Pengukuhan Forum Komunikasi Tagana Provinsi Bali Periode 2024-2029

“Untuk pekerja migran Indonesia yang pulang sebagai PDLN tidak melalui Jakarta (langsung melalui Bandara Internasional Ngurah Rai dan Cruise Pelabuhan Benoa) harus diambil SWAB-nya sekalipun sudah membawa surat sehat bebas Covid-19 karena mereka terindikasi masih terkena. Sehingga sambil menunggu hasil SWAB maka mereka harus menjalani karantina,” tegasnya.

Pekerja migran Indonesia yang pulang dari Jakarta dan sudah ditangani oleh Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Nasional maka mereka dapat diterima di LPMP yang selanjutnya akan dikirim ke daerah asal (kabupaten/kota) yang dikawal dan diawasi oleh Tim Satgas Gotong Royong berbasis desa adat. Hal ini dilakukan untuk menghindari penularan dan penyebaran kepada orang lain yang juga memiliki peluang besar untuk menjadi pasien positif Covid-19.

Perubahan akan terjadi pada saat kedatangan mereka, yang terdahulu saat mereka datang dan diambil uji SWAB-PCR dan sambil menunggu hasil mereka dikarantina oleh provinsi. Namun sesuai perkembangan situasi dan kondisi saat ini maka pekerja migran Indonesia yang baru datang lanjut diambil uji SWAB-PCR nya, sembari menunggu hasil mereka akan dijemput oleh Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kabupaten/Kota asal mereka.

Baca Juga :  Kelurahan Renon Laksanakan Pendaftaran Penduduk Non Permanen dan Sosialisasi Kamtibmas

Jika hasil mereka positif maka selanjutnya akan dijemput oleh provinsi untuk dikarantina dan ditangani Provinsi Bali. Sedangkan bagi mereka yang uji SWAB-PCR nya negatif maka akan menjalani karantina mandiri di rumah masing-masing dengan pengawasan Gugus Tugas Kabupaten/Kota dan Tim Satgas Gotong Royong berbasis desa adat setempat.

Hal ini mengingat tingkat kesembuhan mereka dikarantina cenderung lama akibat jumlah yang semakin banyak, sirkulasi yang semakin lambat dan jumlah fasilitas tempat karantina yang semakin penuh.(dar/bpn)

Dapatkan berita terbaru dari Baliportalnews.com di Google News