Baliportalnews.com
Baliportalnews.com

BALIPORTALNEWS.COM – Tiga mahasiswa UGM mengembangkan alat bantu baca bagi penyandang tunanetra yang dinamai BR-BLIND.

Alat yang dirancang oleh Yassir Dinhaz (Sekolah Vokasi), Mahmud Fauzi (FT) dan Nicolas Christianto (FT) ini bekerja dengan cara mengkonversi teks dari media cetak diubah menjadi suara yang bisa langsung didengar penyandang tunanetra.

Yassir mengatakan pengembangan BR-BLIND berawal dari keperihatinan mereka akan minimnya ketersediaan jenis buku-buku versi braille. Hal tersebut menghambat keterjangkauan para penyandang tunanetra pada jenis buku dengan berbagai macam tema. Ditambah adanya realitas peningkatan penyandang tunanetra, khsusunya di DIY. Data Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 mencatat jumlah penderita tunanetra untuk anak-anak usia 6-14 tahun di Indonesia, khususnya di DIY, meningkat dua kali lipat dari data tahun 2010.

“Hal ini jelas perlu ditanggapi dengan serius mengingat anak-anak perlu mendapat banyak jenis asupan informasi untuk mengasah daya kreatifitas mereka,” urainya.

Baca Juga :  Meriahnya Perayaan SMK Fest Bali, Meningkatkan Kreativitas Siswa dan Dukungan terhadap Pariwisata Lokal

Kondisi itulah yang akhirnya menggerakan ketiga mahasiswa muda itu mengembangkan sebuah inovasi teknologi untuk membantu penyandang tunanetra. Dengan alat tersebut diharapkan nantinya dapat membuka akses membaca yang lebih luas bagi penyandang tunanetra.

“Perangkat yang kita kembangkan memakai beberapa algoritma Image Preprocessing sebelum dikonversi menjadi teks oleh OCR (Object Character Recognition). Keluaran teks akan diubah menjadi keluaran suara oleh TTS (Text-to-Speech) Engine,” papar Yassir, Kamis (11/7/2019) di UGM.

Perangkat BR-BLIND ini langsung terhubung dengan tunanetra. Dengan demikian bsia menfasilitasi mereka untuk dapat mengakses informasi yang tidak diperoleh dari buku-buku versi braille.

Nicholas menambahkan alat ini dapat diakses tanpa menggunakan koneksi internet sehingga dapat digunakan dimana saja. Kondisi ini menjadikan alat berpotensi dikembangkan khususnya pada daerah-daerah remote dimana internet sangat sulit untuk diakses.

“Perangkat ini juga didukung oleh skema desain yang ramah disabilitas sehingga mampu meningkatkan independent accessibility dan menekan tingkat dependency on help bagi para penggunannya,” jelasnya. (ika/humas-ugm/bpn)

Dapatkan berita terbaru dari Baliportalnews.com di Google News