Baliportalnews.com
Selalu terhubung dengan kami.

BALIPORTALNEWS.COM – Mahasiswa UGM mengembangkan aplikasi investasi sosial berbasis peternakan yang dinamai Bantuternak. Bantuternak merupakan platform yang mempertemukan investor dengan peternak sapi.

Startup yang dibangun Ray Rezky Ananda (Fakultas Peternakan), Hanifah Nisrina (FKH)  serta Ayub dan Fata (FT)  melalui ajang innovative Academy 3 UGM ini dikembangkan untuk membantu peternak sapi mendapatkan modal beternak. Pengembangan usaha ini berawal dari keprihatinan mereka terhadap kondisi petrenakan Indonesia khususnya peternakan sapi yang semakin menurun.

“Jumlah peternak semakin menurun, salah satunya karena peternak sulit memperoleh modal untuk membeli anakan sapi,” jelas CEO Bantuternak Ray Rezky di hadapan wartawan, Senin (5/6/2017) di Ruang Fortakgama UGM.

Ditambah dengan adanya ketidakseimbangan pasokan daging. Kondisi ini menyebabkan Indonesia harus mengimpor sapi dari luar  untuk pemenuhan kebutuhan dagi sapi nasional.

Baca Juga :  PLN-MKI Tandem Gelar Electricity Connect 2024, Showcase Kolaborasi Global untuk Transisi Energi di Indonesia

“Sekitar 30 % daging masih impor, bahkan di tahun 2016 tercatat Indonesia harus mengeluarkan anggaran 1 triliun untuk impor sapi ini,” ujarnya.

Melihat kondisi ini, dia bersama ketiga rekannya berinisiatif mengembangkan bisnis sosial berbasis teknologi untuk membantu peternak. Selain itu juga kedepan diharapkan dapat menjadi salah sau solusi dalam mengurangi impor daging sapi.

“Selain bisa mendapat keuntungan, berinvestasi di Bantuternak juga membantu mensejahterakan peternak karena melibatkan dan memberdayakan masyarakat bawah,” urainya.

Investasi Bantuternak bekerja dengan memberikan satu sapi setiap ada investor masuk. Adapun investasi yang ditawarkan mulai dari nominal Rp. 10 ribu dengan masa investasi jangka pendek yaitu 5 bulan.

Baca Juga :  Astra Sustainability Report 2023, Memacu Pertumbuhan Berkelanjutan yang Bermakna

“Nantinya 1 sapi dengan paket harga Rp. 12 juta termasuk pakan dan vaksinasi akan dipelihara peternak selama 5 bulan untuk kemudian dijual kembali,” jelasnya.

Hasil dan keuntungan penjualan akan dibagi kepada investor, peternak, dan tim manajemen Bantuternak. Bentuk bagi hasilnya dengan prosentase 70% investor, 20%peternak, dan 10 % tim manajemen.

Ditambahkan Hanifah, melalui aplikasi Bantuternak, para investor tidak hanya bisa melihat profil dan memilih peternak. Namun, juga  dapat memantu perkembangan ternaknya. Terdapat laporan mingguan yang memaparkan kondisi ternak, baik status kesehatan, berat badan, pakan, vaksin, serta estimasi harga jual.

Baca Juga :  ITDC Dukung Promosi Budaya dan Potensi Wisata Lokal Melalui Indonesia Gastrodiplomacy Series

Aplikasi yang baru saja dirilis di playstore pada akhir Mei 2017 lalu ini telah berhasil di unduh tidak kurang dari 300 orang. Bahkan saat ini sudah menggandeng 30 investor dan melibatkan 15 peternak sapi di Dusun Plemadu, Desa Sriharjo, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Yogyakarta.

“Sekarang sudah bisa membantu 1 peternak. Semoga kedepan bisa bisa bejalan secara bekelanjutan untuk mendukung program swasembada daging nasional 202 dan meningkatkan perekonomian peternak desa secara mandiri,” pungkasnya. (ika/humas-ugm/bpn; foto: firsto)


Pantau terus baliportalnews.com di :

Dapatkan berita terbaru dari Baliportalnews.com di Google News