Peternak Madu Kele
Miliki Prospek Cerah, Bupati Tamba Siapkan Bantuan Pendampingan Peternak Madu Kele. Sumber Foto : Istimewa

BALIPORTALNEWS.COM, JEMBRANA – Madu Kele-Kele atau lebah Trigona mulai menjadi primadona bisnis baru di Kabupaten Jembrana. Banyak masyarakat Jembrana mulai menekuni budidaya Kele-Kele, salah satunya I Ketut Swintara yang juga merupakan ketua Kelompok Peternak Madu Kele-Kele Pucuk Sari, Banjar Delod Pempat, Desa Mendoyo Dangin Tukad. Dengan memanfaatkan pekarangan rumah dan kebun untuk dijadikan rumah Kele-Kele. Bisnis madu Kele-Kele ini cukup menggiurkan lantaran hanya memerlukan modal sedikit, namun bisa meraup untung banyak.

“Inilah yang kita butuhkan dari setiap klompok-klompok masyarakat, beliau sudah mandiri. Madu kele-kele ini beda dengan madu tawon, penghasilan dari kelompok Pucuk Sari ini lumayan besar bisa menghasilkan 3 juta dengan memiliki 300 koloni,” ujar Bupati Jembrana, I Nengah Tamba saat mengunjungi Usaha Budidaya Kelompok Peternak Madu Kele-Kele Pucuk Sari, Senin (18/9/2023).

Baca Juga :  Jaga Stabilitas Inflasi, Pemkot Denpasar Gelar Bazzar Pangan di Balai Banjar Lebah

Lebih lanjut, Bupati Tamba berencana akan mememberikan bantuan untuk pendampingan supaya madu kele ini bisa tumbuh dan berkembang.  Dirinya pun memberi nama madu kele hasil dari kelompok Pucuk Sari yakni Madu Kele Pak Ngah.

“Hasilnya sudah ada. Ini merupakan bagian dari pendapatan untuk teman-teman UMKM yang ada di desa. Saya datang kesini akan memberikan semacam stimulus dengan membuatkan tempat daripada rumah kele-kele, sehingga bisa menjadi satu tempat yang bisa dikunjungi wisatawan atau pembeli yang hadir, sehingga tempatnya bisa kelihatan lebih baik dan higenis,” jelasnya.

Baca Juga :  USDA Travel Show 2023 Hadir di Bali, Kenalkan Berbagai Jenis Bahan Dasar dan Produk Amerika Serikat

Sementara, I Ketut Swintara menuturkan awal dari menekuni bisnis ternak madu kele-kele ini sudah dari tahun 2005. Dirinya yang tidak bersekolah di bidang kele-kele akhirnya sempat gagal dalam bisnis kele tersebut.

Namun dengan kegigihannya, Swintara kembali mencoba bisnis kele-kele itu hingga kini bisa beternak dengan kele-kele.

“Astungkara untuk sekarang saya sudah memiliki 300 sarang, namun saya pencar dan saya titipkan di kebun tetangga,” jelasnya.

Pihaknya meyebut dari 300 sarang rumah Kele, selama 3 bulan mendapatkan hasil jual hingga Rp3 juta hingga Rp4 juta. Madu Kele ini dijual dengan harga Rp200.000 per kemasan 100 ml.

Baca Juga :  ITDC Bentuk Paguyuban Bagi Pedagang Asongan di KEK Mandalika

“Secara rinci kami memiliki jumlah kele-kele 300 kotak dalam 3 bulan menjual madu mendapat 3 juta bahkan 4 juta. Itupun tergantung pada musim bunga,” bebernya.(ang/bpn)

Dapatkan berita terbaru dari Baliportalnews.com di Google News

Tinggalkan Komentar

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini