Komunikasi Budaya
Komunikasi Budaya Sebagai Aspek Penguatan Branding Pariwisata Bali. Sumber Foto : Istimewa

BALIPORTALNEWS.COM, BANGLI – Budaya Bali yang unik merupakan salah satu daya tarik utama bagi wisatawan yang datang ke pulau ini. Komunikasi yang tepat dapat menjadi cara promosi untuk Bali. Branding pariwisata Bali dapat memanfaatkan kekayaan budaya untuk membangun citra yang kuat dan memikat.

Hal itu menunjukkan komunikasi budaya padat memainkan peran penting dalam penguatan branding pariwisata Bali. Hal itu sejalan dengan tema seminar nasional yang digelar Magister Program Studi Ilmu Komunikasi Hindu, UHN IGB Sugriwa Angkatan 2022. Komunikasi Budaya Sebagai Aspek Penguatan Branding Pariwisata Bali diangkat menjadi tema seminar yang diselenggarakan, di Gedung Bukti Mukthi Bhakti, Bangli, pada Minggu (2/7/2023).

Hal itu juga ditegaskan Guru Besar Ilmu Komunikasi Universitas Gajah Mada (UGM), Prof. Dr. Phil. Hermin Indah Wahyuni, S.IP., M.Si. “Komunikasi budaya dapat digunakan untuk memperkuat branding pariwisata Bali melalui penekanan pada budaya lokal,” ujarnya.

Artinya, branding pariwisata harus menyoroti budaya lokal Bali secara konsisten. Ini dapat meliputi promosi seni dan kerajinan tradisional Bali, tarian, musik, upacara adat, dan kehidupan sehari-hari masyarakat Bali. Penekanan pada elemen-elemen budaya ini akan membantu menciptakan identitas yang kuat dan membedakan Bali dari destinasi lain.

“Sistem pariwisata ada dalam ekosistem yang terdiri dari banyak agen dan bersifat kompleks. Pariwisata didorong bertumbuh secara dinamis seiring dengan berbagai kepentingan yang mengiringinya,” terangnya saat menjadi narasumber Seminar Nasional, Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa.

Dalam seminar nasional tersebut juga menghadirkan Bupati Bangli, Sang Nyoman Sedana Arta, SE., sebagai keynote speaker. Bupati Sedana Arta juga menegaskan, perlu adanya strategi dalam penguatan branding pariwisata Bali. Bali yang telah dikenal ke seluruh dunia memiliki keunikan tersendiri.

Baca Juga :  Pemkab Bangli Gelar Gerakan Pangan Murah

Komunikasi branding pariwisata harus menggambarkan nilai-nilai budaya Bali, seperti kehidupan yang harmonis dengan alam, spiritualitas, dan keramahtamahan penduduk lokal. Pesan-pesan ini dapat disampaikan melalui materi pemasaran, kampanye media sosial, dan interaksi dengan wisatawan.

“Dengan menyoroti nilai-nilai budaya ini, Bali dapat menarik wisatawan yang tertarik untuk mengalami dan belajar dari budaya yang berbeda. Komunikasi budaya harus melibatkan komunitas lokal Bali dalam proses branding pariwisata. Ini juga membantu menjaga integritas budaya Bali dan mendorong pelestarian tradisi dan kearifan lokal,” ucapnya.

Kekuatan pariwisata Bali dapat dikatakan tidak terkalahkan. Branding pariwisata Bali dapat memperkuat komunikasi budaya dengan bekerja sama dengan seniman lokal, fotografer, videograf, dan pencipta konten, hingga pelaku UMKM. Mereka dapat membantu menciptakan konten yang menarik dan autentik yang menggambarkan keindahan dan keunikan budaya Bali. Konten-konten ini dapat digunakan dalam kampanye pemasaran, situs web, media sosial, dan materi promosi lainnya.

“Bermain dengan branding tidak saja menampilkan hal-hal yang mewah. Kegiatan yang sederhana merupakan konten yang penting juga. Contoh sederhana, loloh Cemcem, yang dijual bisa saja cara membuatnya. Bagaiaman seseorang membuat loloh lalu mengemasnya dan diberikan label. Itu juga menggambarkan Bali karena merupakan produk tradisional dari Desa Penglipuran,” ujar Ir. Ketut Witarka, M.T., Staf Khusus DPRD Provinsi Bali yang diundang selaku narasumber.

Baca Juga :  Pemprov Bali Hadir, Bantu Tiga Krama Bangli Miliki Rumah Layak Huni

Penguatan branding pariwisata Bali juga harus didukung dengan perkembangan teknologi saat ini. Hanya saja diperlukan kejelasan dan keaslian danam mempromosikan pariwisata. Bali akan tetap memiliki brandingnya sendiri. Bukan saja berbicara masalah logo, namun juga keterlibatan komunitas.

Pemasaran melalui platform digital seperti situs web, media sosial, dan aplikasi perjalanan menjadi sangat penting dalam branding pariwisata Bali. Konten yang menarik dan informatif, gambar dan video berkualitas tinggi, serta testimoni positif dari pengunjung sebelumnya dapat membantu menarik minat wisatawan potensial.

“Bali memiliki beragam pengalaman wisata yang dapat ditawarkan kepada wisatawan, seperti pantai-pantai yang indah, kegiatan olahraga air, kehidupan malam yang bersemangat, festival budaya, spa dan relaksasi, serta kunjungan ke pura dan tempat suci. Branding pariwisata Bali harus menyoroti kekayaan dan keragaman pengalaman wisata ini,” papar Dr. I Nyoman Larry Julianto, S.Sn., M.Ds., Kaprodi Magister Desain ISI Denpasar.

Kaprodi Magister Ilmu Komunikasi Hindu, Dr. I Dewa Ayu Hendrawathy Putri, S.Sos., M.Si., menyampaikan, kualitas pelayanan, infrastruktur yang baik, keamanan, dan aksesibilitas yang mudah juga merupakan faktor penting dalam memperkuat branding pariwisata Bali. Dengan strategi branding yang tepat, pariwisata Bali dapat terus berkembang dan menarik minat wisatawan dari berbagai belahan dunia.

Baca Juga :  Bupati dan Forkopimda Bangli Kampanyekan Anti Korupsi dengan Semangat dan Kreativitas

“Seminar nasional dalam upaya penuntasan perkuliahan Perencanaa Pengelolaan Komunikasi. Seminar ini diharapkan dapat menjadi implementasi dari perkuliahan yang telah diberikan kepada mahasiswa magister Ilmu Komunikasi Hindu Angkatan 2022 pada semester II,” ujarnya.

Ditambahkan, brand menjadi pembeda dengan merek-merek lainnya. Untuk mengenalkan dan mempromosikan sebuah brand salah satunya adalah melalui komunikasi. Kegiatan komunikasi yang dilakukan organisasi dapat membangun, membesarkan dan menguatkan brand merupakan salah satu bentuk branding untuk mempengaruhi pembentukan persepsi konsumen mengenai citra dari sebuah brand.

“Berdasarkan data Organization for Economic Co-Operation and Development (OECD) dalam laporan Tourism Trends and Policies 2022 menyebutkan pada 2019, sektor pariwisata menyumbang 5,0% dari pendapatan domestic bruto (PDB) Indonesia, namun, hantaman pandemi Covid-19 di 2020 mengakibatkan turunnya kontribusi pariwisata terhadap PDB sebesar 56% yaitu hanya 2,2% dari total ekonomi (Purwowidhu, 2023). Pada tahun 2023, Menteri Parekraf menargetkan 7,4 juta kunjungan pada Januari 2023, kemudian pada Mei 2023 menambah target kunjungan menjadi 8,5 juta wisatawan,” tutupnya. (bpn)

Dapatkan berita terbaru dari Baliportalnews.com di Google News