Tanaman Kakao
Tanaman Kakao bahan dasar cokelat di Kabupaten Sigi. Sumber Foto : Istimewa

BALIPORTALNEWS.COM, DENPASAR – Kabupaten Sigi yang berada di Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng), merupakan salah satu daerah penghasil kakao (bahan dasar pembuatan cokelat) terbesar di Indonesia, dimana kakao menjadi komiditas utama di daerah tersebut dengan hasil panen yang mencapai ratusan ton per tahunnya.

Dikutip pada Senin (9/1/2023), Kabupaten Sigi, yang merupakan anggota Lingkar Temu Kabupaten Lestari (LTKL), terdapat perkebunan kakao seluas 27.885 hektar dengan kisaran 1.000 – 1.100 pohon per hektar. Dua puluh persen total produksi kakao di Sulawesi Tengah berasal dari Sigi.

Dalam rilisnya yang diterima oleh Redaksi Baliportalnews.com melalui surat elektronik (Email), Rahmad Iqbal, Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Kabupaten Sigi, menyebutkan, perkebunan seluas itu bisa menghasilkan 600 – 700 ton biji kakao per hektar per tahun.

“Kakao merupakan komoditas perkebunan yang menjadi unggulan di Sigi. Sekitar 11.500 kepala keluarga menggantungkan hidupnya pada tanaman kakao. Perannya sangat penting dalam perekonomian masyarakat sebagai sumber pendapatan, juga menciptakan lapangan kerja dalam usaha yang terkait dengan kakao. Karena, produksi kakao di tingkat rumah tangga pun makin berkembang,” paparnya.

Dengan hasil perkebunan kakaonya yang besar tersebut, Kabupaten Sigi juga merupakan daerah yang mampu mengolah hasil perkebunannya secara mandiri. Dengan memberdayakan masyarakat sekitar utamanya para istri petani kakao, melalui pendirian Koperasi Agro Industri Omu yang digagas oleh Thomas, saat ini Kabupaten Sigi tepatnya di Desa Omu menjadi sentral produksi berbagai makanan berbahan dasar kakao, salah satunya cokelat lokal dengan kualitas premium yang diberi merek ‘Coklat Pak Tani’, dan siap bersaing di pasar internasional.

“Coklat Pak Tani merupakan chocolate bar pertama di Sigi. Bersama teman-teman sesama petani, saya membentuk Koperasi Agro Industri Omu dan membangun usaha cokelat bersama,” papar Thomas.

Baca Juga :  Pj Gubernur Bali Terima Penghargaan Top Pembina BUMD 2024

Cokelat produksi Desa Omu ini punya keunikan tersendiri dibanding produk serupa dari Sigi. Dari sisi kualitas, produk asli Desa Omu ini benar-benar melalui proses yang sangat teliti dari nol, dimulai dari memilih buah kakao terbaik, sehingga diyakini kualitasnya mampu bersaing di pasar global. Sementara itu, produsen lain membuatnya dari pasta cokelat atau cokelat batangan.

“Dari segi rasa, dengan kandungan kakao di atas 70%, serta campuran sedikit gula dan susu, rasanya tidak terlalu manis. Mirip seperti dark chocolate. Manisnya pun bukan hanya dari gula pasir, melainkan juga dari gula aren yang cita rasanya juga berbeda. Selain itu, teksturnya unik seperti berpasir, karena ampas cokelat dan lemak cokelat dimasukkan juga ke dalam campuran cokelat,” kata Thomas yang juga petani kakao.

Selanjutnya, Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Kabupaten Sigi, Rahmad Iqbal kembali menambahkan, kondisi geografis Kabupaten Sigi berada di area perbukitan dan pegunungan, sehingga cocok menjadi area perkebunan kakao. Dimana Kecamatan Gumbasa yang masuk dalam wilayah Kabupaten Sigi merupakan salah satu buffer zone taman nasional (perkebunan kakao) tersebut. Tentunya, dengan membeli cokelat Sigi akan membuat petani kakao terus bersemangat membudidayakan tanaman kakao, yang berperan sebagai pelindung TN (Taman Nasional) Lore Lindu.

Baca Juga :  Wali Kota Jaya Negara Tinjau Lomba Ogoh-Ogoh Mini ST. Yowana Paramarthan, Tanjung Bungkak Kaja

Dikatakannya, tanaman kakao juga dapat membantu mengurangi risiko bencana alam.

“Hanya saja, saat ini tanaman kakao mulai ditinggalkan, karena produksinya terus menurun, terutama sejak bencana gempa yang menimpa Sigi. Karena gempa, struktur tanah berubah. Ditambah lagi, tanaman kakao mudah diserang penyakit. Pohon hidup, tapi enggan berbuah. Itulah kenapa petani mulai beralih ke tanaman pangan, seperti jagung. Sehingga, ketika musim hujan, ada kemungkinan terjadi longsor,” lanjut Rahmad Iqbal.

Untuk itu, Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Sigi terus mendorong semangat petani untuk terus membudidayakan kakao secara lestari. Mereka juga memberi bantuan berupa tanaman durian dan alpukat untuk membuat sistem agroforestry di area perkebunan yang bersisian dengan taman nasional.

“Harapannya, petani tidak lagi mencari hasil hutan di kawasan terlarang. Selain itu, mereka bisa mendapatkan tambahan penghasilan dari tanaman lain yang juga bernilai ekonomi tinggi,” ujarnya.

Sebagian pohon kakao di Sigi sudah berusia antara 25 hingga 30 tahun. Meski beberapa di antaranya masih menghasilkan buah, tanaman itu tak lagi produktif. Maka, menurut Iqbal, kegiatan peremajaan mutlak harus dilakukan.

Baca Juga :  DTIK Fest 2024: Perpaduan Edukasi Digital, Kreativitas UMKM, dan Hiburan

“Karena itu, ketersediaan benih atau bibit kakao menjadi sangat penting dalam peningkatan produksi dan produktivitas,” lanjutnya.

Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Sigi memberikan penyuluhan tentang cara membuat bibit sendiri. Dengan demikian, petani bisa membangun nursery, lalu menjual bibit kepada petani sekitar dengan harga terjangkau. Di usia satu tahun delapan bulan tanaman kakao sudah bisa menghasilkan panen pertama, meski usia produktifnya adalah antara 5 – 15 tahun.

Iqbal juga berharap di kemudian hari perkebunan kakao ini bisa dikelola secara lebih modern.

“Selama ini petani mengelola perkebunan dengan sangat tradisional, sedangkan teknologi dan inovasi pengembangan kakao terus berkembang. Ke depannya kita perlu menggunakan mesin dan manajemen pengelolaan perkebunan kakao yang lebih modern,” kata Iqbal.

Kita sebagai masyarakat Indonesia, kedepan tak perlu pakai bahan cokelat impor yang mahal. Karena Indonesia saat ini punya banyak, dan cokelat produksi Sigi ini juga tidak sulit didapatkan, karena pemasaran cokelat lokal ini sudah cukup luas, bahkan sudah dibawa ke side event konferensi G20 di Nusa Dua. Anda bisa menemukan Coklat Pak Tani produksi sigi ini di berbagai daerah seperti, Jakarta, Surabaya, dan Bali, ataupun melalui salah satu marketplace online.(aar/bpn)

Dapatkan berita terbaru dari Baliportalnews.com di Google News