ICT Camp 2022
Pemkab Buleleng Bersinergi Dengan Common Room Gelar Rural ICT Camp 2022. Sumber Foto : Istimewa

BALIPORTALNEWS.COM, BULELENG – Peningkatan kualitas pelayanan dalam penyediaan infrastruktur internet menjadi perhatian serius. Untuk itu Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Buleleng bekerja sama dengan Common Room menyelenggarakan pers release serangkaian kegiatan Rural ICT Camp 2022. Kegiatan yang dibuka langsung oleh Kepala Dinas Kominfosanti Buleleng, Ketut Suwarmawan itu mengambil tempat di RM Ranggon Sunset, Kamis (20/10/2022).

Rural ICT Camp 2022 yang sudah diadakan  ketiga kali nya di Indonesia dan pertama kali di Bali ini mengambil tema ‘Menuju Transformasi Digital Untuk Desa dan Tempat Terpencil’ yang akan digelar pada 21 s/d 25 Oktober 2022 di Desa Tembok, Kecamatan Tejakula dengan membuat tower bambu sebagai infrastruktur internet. Kegiatan ini memiliki tujuan untuk mendukung upaya kolaboratif dalam memfasilitasi proses konsolidasi ide, praktik, dan inisiatif warga dalam mengembangkan infrastruktur internet berbasis komunitas di wilayah pedesaan dan tempat terpencil.

Dalam sambutannya Ketut Suwarmawan mengapresiasi kegiatan yang mendukung digitalisasi diera perkembangan teknologi yang sangat pesat, disamping kondisi geografis yang dimiliki buleleng dengan memiliki 148 desa/kelurahan disertai kondisi topografi yang berada di kondisi perbukitan menyebabkan adanya daerah yang memiliki blank spot. Melihat hal itu, dirinya menyampaikan melalui sinergi dengan Common Room, Digital Acces Programme (DAP), Sekolah Internet Komunitas (SIK) serta Kedutaan Inggris memberikan pelatihan kepada SDM sebagai penunjang dalam pengelolaan internet desa.

“Ini bisa menjadi pilot project bagi desa lainnya yang ingin meningkatkan potensi desanya melalui jaringan internet,” tegasnya.

Baca Juga :  Disbud Buleleng Usulkan Tiga Tradisi untuk Meraih Predikat WBTB Tahun 2024

Lebih lanjut Kadis yang akrab disapa Ketsu itu menerangkan peningkatan kualitas jaringan di Desa Tembok ini melalui pembangunan tower bambu setinggi 15 meter dengan ukuran 2,5 meter x 2,5 meter sebagai media memancarkan sinyal ke desa yang membutuhkan akses internet. Bahan bambu sendiri dipilih karena biaya yang murah dan mudah di dapat, serta ramah lingkungan, melalui hasil uji lab bahan bambu sendiri memiliki daya tahan sekitar 5–7 tahun.

Ditambahkannya dengan program ini dapat memotivasi desa lain untuk bisa menginisasi didesanya mengembangkan internet. Selain itu, program ini dirasa menjadi peluang bagi desa dengan melibatkan pihak provider dalam mengelola internet yang bersifat komersil melalui kerja sama dengan BUMDes sendiri.

Baca Juga :  Widia Utami, Sosok Inspiratif Perempuan Buleleng Pelestari Seni dan Budaya

“Kalau hanya mengandalkan support dari pemerintah saja dirasa tidak cukup, jadi mari kita mensukseskan bersama kegiatan ini,”ajaknya.

Sejalan dengan Kadis Suwarmawan, Direktur Common Room Gustaff H. Iskandar menjelaskan melalui kegiatan ini dapat menjadi media pertukaran pengetahuan, peningkatan keterampilan digital, termasuk upaya pengelolaan infrastruktur internet secara mandiri oleh masyarakat dengan harapan dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat di daerah tersebut.

Disinggung mengenai kenapa memilih Desa Tembok sebagai pilot project, dirinya menyampaikan hal ini sudah melalui proses yang panjang dari tahun 2020 yang berasal dari inisiatif pemerintah Desa Tembok untuk membangun internet komunitas di wilayah mereka, sampai dengan bulan April 2022 menetapkan kerja sama dan mengusulkan Desa Tembok sebagai tuan rumah. Hal ini disambut baik oleh Pemkab Buleleng dan masyarakat sekitar.

“Pada intinya kegiatan ini nantinya dapat mengatasi tantangan kesenjangan digital khususnya wilayah pedesaan atau terpencil,” tegasnya.

Baca Juga :  Dipecat Jadi Polisi, Kadek Beralih Profesi Jadi Maling Motor

Sementara itu, Perbekel Desa Tembok Dewa Komang Yudi Astara menjelaskan proses pembangunan tower bambu sudah mulai dikerjakan dari tiga hari yang lalu, namun proses sinkronisasi ide pembangunan itu yang lama karena melibatkan tenaga teknis arsitektur dari ITB yang mengetahui teknis struktur dari konsep menara bambu tersebut, dengan tenaga pengerajin bambu yang memiliki keahlian berdasarkan pengalaman yang dimiliki.

Lebih jauh Dewa Yudi mengatakan jika tower bambu dengan fokus pelayanan publik itu menghabiskan dana sekitar 20 juta sampai saat ini dengan kapasitas internet sekitar 20 Mbps. Tidak hanya itu, melalui kerja sama dengan sekolah internet komunitas dirinya sedang mengembangkan aplikasi pelayanan publik yang akan dilaunching tanggal 24 Oktober. Melihat hal itu, pihaknya sedang mempersiapkan SDM untuk diikutsertakan dalam pelatihan yang nantinya akan menjadi operator jika suatu saat ada kendala teknis.

“Setelah semua aspek kita lengkapi selanjutnya mengoptimalkan literasi digital kepada SDM tersebut,”pungkasnya.(adv/bpn)

Dapatkan berita terbaru dari Baliportalnews.com di Google News