fapet unud
Petani Diminta Ciptakan Produk Agrowisata Mengesankan. Sumber Foto : Istimewa

BALIPORTALNEWS.COM, DENPASAR – Fase pembangunan ekonomi di  dunia saat ini memasuki era experience economy, dimana produk berkualitas tidak cukup untuk meyakinkan pelanggan untuk membeli produk tersebut. Kini pelaku ekonomi harus mampu menyediakan produk premium bagi pelanggan. Contohnya, petani harus menciptakan produk agrowisata yang menarik sehingga wisatawan sangat terkesan saat berkunjung.

Hal itu dipaparkan Guru Besar Ekonomi Pertanian Universitas Udayana (Unud), Prof. Dr. Ir. Made Antara, M.S., saat hadir sebagai narasumber pada Diskusi Ilmiah Prodi Magister Agribisnis dengan tema ‘Experience Economy sebagai Alat Formulasi Bisnis Abad 21’ Selasa (21/6/2022) kemaren.

Baca Juga :  Tetap #Cari_Aman di Bulan Ramadhan, Berikut Tips Berkendara yang Nyaman

Diskusi yang dipandu Dr. Ir. I Made Sudarma, MS dilaksanakan secara online diikuti sekitar 30 peserta dari berbagai kalangan (dosen, mahasiswa, dan pelaku ekonomi).

Prof. Antara mengungkapkan petani atau pengelola daya tarik agrowisata harus beradaptasi dengan tuntutan kualitas produk yang diinginkan wisatawan.

“Wisatawan berkunjung ke areal persawahan jangan hanya diajak jalan-jalan, tetapi fasilitasi mereka agar dapat merasakan pengalaman hidup dalam suasana lingkungan pertanian. Wisata akan mendapatkan pengalaman berkesan berkunjung ke sawah,” tutur peneliti senior di Pusat Unggulan Pariwisata Unud itu.

Ditambahkan, peningkatan kualitas produk agrowisata dapat dilakukan dengan dua cara yakni diversifikasi dan diferensiasi. Diversifikasi, lanjutnya, bisa bersifat vertikal dan horisontal. Vertikal dengan mengembangkan satu produk dengan kualitas yang berbeda. Diversifikasi horizontal, katanya, pengelola agrowisata mengembangkan produk agrowisata yang beragam.

Baca Juga :  Peluncuran Program TPAKD Kota Denpasar: Kredit/Pembiayaan Sektor Prioritas Pertanian, Simpanan Pelajar, dan UMKM Bali Nadi Jayanti

Sebagai contoh, pengelola agrowisata kopi yang menjual kopi pada konsumen menyuguhkan kualitas dan pengalaman berbeda-beda sesuai target pasar.

“Kopi yang dijual di warung, café atau starbuck kualitasnya berbeda-beda. Kopi yang dijual di starbuck itu menyuguhkan pengalaman sehingga wisatawan siap membeli dengan harga lebih mahal,” jelasnya.

Dekan Fakultas Pertanian Unud Prof. Dr. Ir. I Nyoman Gede Ustriyana, MM mengatakan experience economy menjadi tantangan baru bagi pelaku ekonomi dalam memasarkan produknya.

“Dalam menyajikan pengalaman dalam pengemasan produk dengan nilai tambah education, entertainment, escape, aesthetic. Jadi pelaku ekonomi harus mampu menciptakan pasar untuk produknya,” kata Prof. Ustriyana saat membuka diskusi tersebut. (unud.ac.id/bpn)

Dapatkan berita terbaru dari Baliportalnews.com di Google News