fib unud
Dosen Univeritas Jenderal Soedirman Raih Gelar Doktor Linguistik di FIB Unud. Sumber Foto : Istimewa

BALIPORTALNEWS.COM, DENPASAR – Program Studi Linguistik Program Doktor, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Udayana kembali menyelenggarakan Promosi Doktor dengan promovenda Ita Fitriana pada Kamis, (2/6/2022) secara hybrid di ruang Dr. Ir. Soekarno, Gedung Poerbatjaraka, FIB Unud.

Promovenda merupakan dosen Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto. Ujian terbuka dipimpin oleh Dekan FIB Unud, Dr. Made Sri Satyawati, S.S., M.Hum, didampingi oleh Promotor, Prof. Dr. Ni Luh Sutjiati Beratha, M.A.

Dalam ujian terbuka, Ita Fitriana berhasil mempertahankan disertasi dengan judul ”Bangun Leksikon Mimetik Bahasa Jepang”. Setelah melalui tahapan ujian terbuka, Ita Fitriana dinyatakan lulus dengan predikat cumlaude dan merupakan Doktor ke-167 di FIB Unud dan Doktor ke-207 di Program Studi Linguistik Program Doktor.

Tim penguji terdiri atas Prof. Dr. Ni Luh Sutjiati Beratha, M.A., Prof. Dr. I Wayan Pastika, M.S., Prof. Dr. I Nengah Sudipa, M.A., Prof. Dr. I Ketut Darma Laksana, M.Hum., Prof. Dr. I Nyoman Sedeng, M.Hum., Prof. Dr. I Ketut Surajaya, M.A., Dr. Dra. Ni Wayan Sukarini, M.Hum., dan Drs. I Nyoman Udayana, M.Litt., Ph.D.

Baca Juga :  Kinerja Industri Jasa Keuangan Provinsi Bali dan Nusa Tenggara Tetap Resilien dan Terjaga Stabil

Dalam disertasinya, Ita Fitriana mengungkapkan bahwa unsur kalimat dalam bahasa Jepang terdiri atas (1) subjek (shugo), (2) predikat (jutsugo), (3) objek (taishougo), (4) adverbia(fukushi), (5) modifikator (shuushokugo), dan (6) penyambung (setsuzokugo). Susunan kata atau word order pada bahasa Jepang berbeda dengan bahasa Indonesia terutama menyangkut susunan fungsi sintaksis sebuah kalimat.

Susunan kata dalam bahasa Jepang bersifat dinamis, urutan SOP (subjek, objek, dan predikat) dan OSP (objek, subjek, dan predikat) dimungkinkan untuk kalimat transitif sederhana. Selain itu, susunan kata seperti bahasa Inggris SPO (subjek, predikat, dan objek) juga dimungkinkan digunakan pada kalimat bahasa Jepang.

Pada penelitiannya, Ita Fitriana mengumpulkan sebanyak 502 kata mimetik bahasa Jepang dan ditemukan sebanyak 383 kata (76,3%) merupakan format reduplikasi, format non reduplikasi sebanyak 79 kata (15,7%), dan format KVKKVri sebanyak 40 kata (8%). Hal ini membuktikan bahwa bahasa Jepang kaya akan reduplikasi dan mimetik.

“Selain itu, reduplikasi tersebut tidak hanya pada mimetik saja, melainkan juga pada kategori leksikal reguler, seperti verba dan adjektiva,” papar Ita Fitriana.

Baca Juga :  Makin Berkah di Bulan Ramadhan, PLN Catat Ribuan Pelanggan di Bali Manfaatkan Promo Tambah Daya

Dalam disertasinya, Ita Fitriana mengemukakan bahwa temuan penelitian berasal dari hasil sintesis beberapa teori untuk mendekati permasalahan. Terdapat dua temuan penelitian, yaitu temuan teoretis dan temuan empiris. Temuan empiris penelitian ini berupa, (1) reduplikasi root dalam mimetik bahasa Jepang; (2) reduplikasi silabel dalam mimetik bahasa Jepang, (3) penambahan ten-ten (seperti tanda kutip, ′′) pada aksara Jepang menentukan besar atau kecilnya volume suara, benda, dan durasi suatu tindakan; (4) mimetik dalam berbentuk frasa apabila berkategori sebagai adverbia diikuti oleh verba khusus yang menyertainya; dan (5) struktur argumen.

Temuan teoretis penelitian ini berupa teori yang dinamakan morfonosemantik, yaitu proses morfologis berupa reduplikasi dan afiksasi serta proses fonologis dari obstruen tak-bersuara menjadi obstruen bersuara sehingga terjadi perubahan makna pada suatu leksikon. Secara teoretis, morfonosemantik mirip dengan rendaku, yaitu proses morfofonologi dengan dua atau lebih kata berkumpul untuk membentuk gabungan dan konsonan pertama pada kata kedua mengalami perubahan bunyi.

Baca Juga :  Beda Masalah, Selesai di Tempat yang Sama

“Perbedaan dengan rendaku adalah proses morfofonologi yang dilakukan morfonosemantik adalah keseluruhan bagian kata. Hal tersebut juga mengubah makna kata tersebut,” imbuhnya.

Prof. Dr. Ni Luh Sutjiati Beratha, M.A. selaku promotor menyampaikan bahwa hasil penelitian atau disertasi dari promovenda memiliki signifikansi pengaruh dan dampak positif di dalam pembelajaran dan pengajaran bahasa Jepang. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa masyarakat Jepang lebih senang menggunakan mimetik apabila hubungan mereka dalam situasi lepas hormat.

“Penelitian ini juga memiliki peran penting dalam ilmu linguistik, terutama temuan dari Ita Fitriana, yaitu morfonosemantik,” ujar Prof. Sutjiati Beratha.

Di akhir penyampaiannya, Prof. Dr. Ni Luh Sutjiati Beratha, M.A., selaku promotor menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada Prof. Dr. I Wayan Pastika, M.S., dan Prof. Dr. I Nengah Sudipa, M.A., selaku kopromotor, para dosen penguji, serta seluruh dosen pengajar yang telah membimbing promovenda selama menempuh pendidikan di Program Studi Linguistik Program Doktor sehingga dapat meraih gelar akademik tertinggi.  (unud.ac.id/bpn)

Dapatkan berita terbaru dari Baliportalnews.com di Google News