Literasi Kawasan Wisata
Literasi Kawasan Wisata Perlu Ditingkatkan. Sumber Foto : Istimewa

BALIPORTALNEWS.COM, DENPASAR – Aksi video asusila yang ditunjukkan seorang warga negara asing (WNA) di puncak Gunung Batur kembali menampar dunia kepariwisataan Bali, khususnya Bangli. Pengakuan bersangkutan yang mengaku tidak mengetahui kawasan Batur sebagai kawasan yang disucikan masyarakat menjadi indikasi rendahnya tingkat literasi wisatawan terhadap destinasi wisata di Bali.

Menyikapi hal tersebut, Sekretaris Dewan Pimpinan Provinsi Pemuda Hindu Indonesia (DPP Peradah Indonesia) Bali, I Ketut Eriadi Ariana mengajak seluruh masyarakat, utamanya pengelola destinasi wisata untuk menekankan sisi literasi terhadap suatu kawasan wisata, terlebih yang masuk sebagai kawasan suci.

“Kasus ini menjadi bukti bahwa sajian literasi kepariwisataan kita kurang baik, sehingga wisatawan yang datang justru berlaku di luar norma-norma krama Bali. Ini yang perlu digarap ke depan, informasi-informasi tentang destinasi kita harus lebih masif, apalagi di kawasan-kawasan yang disucikan dan situs-situs suci kita,” katanya ketika ditemui di Denpasar, Selasa (26/4/2022).

Pemuda yang juga Jero Penyarikan Duuran Batur itu mencontohkan beberapa kasus yang bersumber dari kurangnya literasi kawasan wisata, misalnya kasus wisatawan yang naik ke palinggih-palinggih suci di Besakih dan Batukaru, juga pelecehan terhadap petirtaan di Monkey Forest Ubud beberapa tahun lalu. Sementara khusus untuk kawasan pariwisata Batur, kejadian senada juga sempat mengemuka berkali-kali, misalnya video aktivitas seksual oleh WNA yang viral awal tahun 2021 lalu.

Baca Juga :  PJ Gubernur Bali Ajak Masyarakat Bali Perkuat Dharma Agama dan Dharma Negara di Dharma Santi Nyepi Tahun Saka 1946

“Kalau kita perhatikan, terutama terhadap pelaku-pelaku yang berhasil ditemukan dan ditindak, hampir semuanya menyatakan mereka tidak tahu aktivitasnya tidak sesuai dengan norma masyarakat, dan prinsipnya mereka juga tidak bermaksud melecehkan. Artinya, memang literasi tentang kawasan wisata itu yang lemah, dan pelanggaran semakin berpotensi terjadi ketika daya pantau kita terhadap tindak-tanduk wisatawan di tempat destinasi juga lemah, khususnya untuk kawasan wisata yang luas dan open access seperti di Batur,” kata dia.

Oleh karena itu, ia mengusulkan agar semua stake holder pariwisata, baik itu pemerintah, pengelola destinasi wisata, penyedia akomodasi, hingga masyarakat adat terlibat dalam upaya literasi kepariwisataan Bali ke depan. Contohnya bisa dalam bentuk papan-papan pengumuman di pintu-pintu masuk kawasan, penyediaan famplet-famplet dan brosur informasi kawasan, dan pemanfaatan kanal-kanal media massa lainnya.

Baca Juga :  Gelar Apel Kesiapsiagaan, Dinsos P3A Bali Peringati HUT Ke-20 Tagana dan Pengukuhan Forum Komunikasi Tagana Provinsi Bali Periode 2024-2029

“Peningkatan literasi kawasan wisata terhadap pemandu juga perlu dilakukan. Pemandu harus menguasai dan memahami betul seluk-beluk kawasan, berdisiplin, dan komitmen atas ketetapan norma yang berlaku untuk citra pariwisata yang baik dan berkelanjutan,” katanya.

Sementara itu, terkait kasus video asusila oleh WNA yang terkonfirmasi terjadi di puncak Gunung Batur, Jero Penyarikan Batur mengucapkan apresiasinya kepada seluruh elemen yang sudah mengatensi kejadian tersebut. Seperti diketahui, oknum WNA bernama Jeffrey Douglas Craign telah diberi sanksi secara keimigrasian dengan dideportasi dan dicabut Paspornya.

Baca Juga :  Sambut Hardiknas Tahun 2024, Ayu Kristi Arya Wibawa Buka Workshop Peningkatan Kompetansi Guru PAUD

“Saya sangat apresiasi gerak cepat kepolisian dan BKSDA yang langsung terjun ke lokasi untuk memastikan kebenaran lokasi di puncak Gunung Batur, termasuk dari Kantor Imigrasi yang telah memberi sanksi terhadap yang bersangkutan. Tapi, tindakan represif itu bukanlah solusi akhir, perlu upaya preventif ke depan. Satu yang penting adalah peningkatan dan pemasifan literasi kepariwisataan itu,” kata dia. (bpn)

Dapatkan berita terbaru dari Baliportalnews.com di Google News