Emas
Harga Emas Alami Penurunan Seiring Deflasi Pada Oktober 2021 di Provinsi Bali. Sumber Foto : Istimewa

BALIPORTALNEWS.COM, DENPASAR – Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali mencatat adanya deflasi yang terjadi pada Oktober 2021, dan mempengaruhi penurunan harga pada sejumlah komoditi barang seperti perhiasaan emas, yang sebelumnya sempat tercatat mengalami kenaikan harga pada September 2021 di sejumlah daerah di Provinsi Bali.

Dalam keterangannya persnya, Kepala Kantor Perwakilan BI Bali, Trisno Nugroho menjelaskan, deflasi yang terjadi di Provinsi Bali tercatat sebesar -0,19% (mtm) pada Oktober 2021, turun dibandingkan bulan sebelumnya yang mencatatkan inflasi sebesar 0,10% (mtm). Secara spasial, deflasi terjadi di Kota Denpasar sebesar -0,23% (mtm), sementara Kota Singaraja mengalami inflasi sebesar 0,08% (mtm). Penurunan tekanan harga terjadi pada kelompok core inflation dan volatile food, sedangkan kelompok administered price tercatat meningkat.

Baca Juga :  FHTB 2024 Sukses Digelar, Berhasil Hubungkan Ratusan Jaringan Bisnis

“Secara tahunan, Bali mengalami inflasi sebesar 1,45% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang sebesar 1,40% (yoy), namun lebih rendah dibandingkan dengan inflasi nasional yang sebesar 1,66% (yoy),” paparnya.

Kelompok barang core inflation mencatat deflasi sebesar -0,29% mtm (0,79% yoy), terutama disebabkan oleh turunnya harga canang sari. Penurunan harga canang sari seiring dengan normalisasi harga setelah mengalami peningkatan harga pada bulan sebelumnya.

“Selain itu, harga emas perhiasan juga tercatat mengalami penurunan harga seiring dengan tren penurunan harga emas dunia,” jelasnya.

Kelompok barang administered price mencatat inflasi sebesar 0,49% mtm (0,88% yoy). Peningkatan tekanan harga terutama terjadi pada harga angkutan udara seiring dengan meningkatnya aktivitas penerbangan ke Bali dampak dari penurunan level PPKM di Oktober 2021.

Baca Juga :  Sagung Antari Jaya Negara Buka Pelatihan dan Sosialisasi PMT Bagi Kader Posyandu di Sumerta Kauh

Kelompok barang volatile food juga mengalami deflasi sebesar -0,49% mtm (5,20% yoy). Penurunan harga terutama terjadi pada komoditas tomat, telur ayam ras dan bawang merah seiring dengan terjaganya pasokan yang didukung oleh panen di berbagai daerah sentra produksi.

Bank Indonesia menilai inflasi Bali sampai dengan akhir tahun cenderung rendah dan stabil. Meskipun demikian, program 4K (Ketersediaan pasokan, Keterjangkauan harga, Kelancaran distribusi dan Komunikasi yang efektif) oleh Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) tetap terus didorong, terutama melalui Kerjasama Antar Daerah, digital farming, dan pemasaran produk lewat e-commerce. (bpn)

Dapatkan berita terbaru dari Baliportalnews.com di Google News