Planet Tourism Indonesia 2021
Hermawan Kartajaya Dorong Pariwisata Berkelanjutan dengan Tourism 5.0. Sumber Foto : Istimewa

BALIPORTALNEWS.COM, DENPASAR – Pada perhelatan Planet Tourism Indonesia 2021, Hermawan Kartajaya selaku Founder & Executive Chairman MarkPlus, Inc.,  menyatakan  pada pidato pembukanya bahwa setiap negara di dunia akan mengalami fase endemik di tahun 2022, setelah pandemi yang berlangsung sejak 2020 yang lalu.

“2022 kita masuk endemik, investment jangan tunggu PPKM, menurut ramalan saya PPKM tidak akan hilang sebelum Desember 2021. 2023 dan 2024 kita masuk ke era reform dan akhirnya rise 2030 menuju SDG,” ujar Hermawan.

Hermawan menyatakan dalam mendukung pariwisata berkelanjutan di era endemik, Tourism 5.0 menjadi solusi yang harus diterapkan. Konsep ini dikenalkannya pada pembuka PTI 2021 dengan gabungan dua aspek penting sekaligus yaitu Technology x Humanity.

“Tourism itu driver yang harus kita kendalikan karena kita menguasai data tourist, aplikasinya teknologi dan manusia,” kata Hermawan.

Baca Juga :  Pasca Pemilu, Kominfo Ajak Masyarakat Rajut Harmoni Bersatu Membangun Negeri

Dari  segi  bisnis,  menanggapi  fenomena  endemik  pihaknya  menilai  stakeholder  yang  bergerak  di  dunia pariwisata harus  mampu  beradaptasi dengan Tourism 5.0. melalui strategi OMNI Channel yaitu, kolaborasi pemasaran di kanal offline dan online.

Dengan strategi OMNI Channel, perusahaan akan lebih lincah menghadapi dinamika pasar yang fluktuatif dan sarat perubahan. Tak heran, banyak perusahaan berhasil mencapai jajaran kapitalisasi tertinggi karena mampu menyeimbangkan kebutuhan aktivitas pemasaran tourism-nya di ranah online dan juga offline.

“OMNI itu seamless online offline, jadi bukan offline dicampur online, tapi seamless,” jelas Hermawan lagi.

Begitu  juga dalam  menyambut The New Era of Sustainable Tourism, Hermawan menilai perusahaan perlu menerapkan 5 aspek OMNI Channel, diantaranya adalah; pertama, Data-driven marketing, aktivitas marketing berbasis data yang  real  time  sehingga tidak ada gap waktu yang lebar antara pengumpulan data dengan pengambilan keputusan.  Teknologi ini diterapkan oleh Airbnb yang menggunakan Datadog untuk membuat keputusan berdasarkan data.

“Tidak ada manusia bisa mengolah data seperti itu, data driven itu serahkan kepada AI. Airbnb contoh yang hebat,” ujar Hermawan.

Kedua adalah Predictive Marketing yang memanfaatkan kekuatan analitik untuk memprediksi hasil seperti yang diaplikasi oleh Mabrian Technologies.

“Data information dan knowledge serahkan ke mesin, tetapi kemudian insight wisdom nya harus manusia,” ujar Hermawan.

Baca Juga :  Wali Kota Jaya Negara ‘Ngaturang Bhakti Pujawali’ di Pura Luhur Uluwatu

Ketiga adalah Contextual marketing, teknologi berperan membantu melakukan personalisasi dan kustomisasi produk dan layanan sesuai dengan profil pelanggan seperti yang diterapkan oleh Switzerland Tourism. Selanjutnya yaitu augmented marketing yang diterapkan Singapore Tourism Board dan Agile marketing yang mengacu pada mindset, seperti kampanye yang dilakukan oleh Booking.com.

Hal ini diungkapkan pula pada buku Marketing 5.0 karya Philip Kotler, Hermawan Kartajaya, dan Iwan Setiawan yang   telah   diterjemahkan   ke   15   bahasa.   Dalam   buku   ini  dibahas   bagaimana   perusahaan   bisa mengkombinasikan dua kekuatan, yakni kekuatan human dan ditopang oleh teknologi seperti mesin dengan artificial intelligence (AI) yang disebut sebagai The Bionics.(bpn)

Dapatkan berita terbaru dari Baliportalnews.com di Google News