Dalam kegiatan Program Kemitraan Masyarakat (PKM) ini, diperkenalkan proses pembuatan biochar dengan teknologi pembakaran biomasa limbah ternak menggunakan alat pembakar mesin molen sangria. Apalagi transfer teknologi pembuatan pupuk biochar dari kotoran ternak belum pernah dilakukan di Kelompok Ternak Satwa Winangun.
Yohanes menegaskan bahwa transfer teknologi bertujuan meningkatkan pemahaman dan ketrampilan mitra untuk berinovasi mengubah limbah ternak menjadi biochar yang bermanfaat untuk memperbaiki kesuburan tanah dan hasil tanaman. Integrasi usaha ternak sebagai penghasil daging dan hasil samping limbah kotoran ternak yang diolah menjadi pupuk biochar plus yang siap dipasarkan diharapkan dapat meningkatkan nilai tambah dan pendapatan peternak.
“Penerapan ipteks dalam pengelolaan dan pemanfaatan limbah kotoran sapi yang diolah menjadi pupuk biochar plus dengan metoda yang ditetapkan untuk mencapai pengelolaan ternak sapi dan limbahnya yang terintegrasi dengan baik,” papar pria kelahiran Jambi, 10 September 1963, yang kini juga sebagai Sekretaris Prodi Magister Sains Pertanian, Universitas Warmadewa.
Yohanes menambahkan jika memperhatikan manfaat dan potensi bahan baku biochar yang sangat melimpah, maka prospek pengembangan biochar sangat baik ke depannya. Integrasi usaha ternak sebagai penghasil daging dan hasil samping limbah kotoran ternak yang diolah menjadi pupuk biochar plus yang siap dipasarkan diharapkan dapat meningkatkan nilai tambah dan pendapatan peternak.
Ketua Kelompok Ternak Satwa Winangun I Nengah Sudarma berharap teknologi yang diperkenalkan dapat diadopsi secara optimal nantinya. Pengelolaan limbah ternak yang optimal nantinya juga dapat berdampak positif bagi anggota kelompok ternak dan masyarakat sekitarnya.
“Kami berharap nantinya mampu mengolah limbah ternak ini menjadi bahan yang lebih berguna seperti biochar. Bukan hanya kotoran ternaknya saja, tetapi juga sisa pakan ternak, sehingga mampu mewujudkan peternakan yang berkelanjutan,” ujar Sudarma.