Kober
Ida Bagus Hartawan. Sumber Foto : Istimewa

Agro pertanian yang dibangun memang hanya untuk memenuhi kebutuhan gerai mie kober, namun tak menutup kemungkinan memenuhi kebutuhan market lain jika permintaan tinggi. Untuk itu perlunya edukasi petani tentang cara pertanian modern sehingga memprovokasi anak-anak muda agar tertarik dengan pertanian.

“Kami harus mengubah stigma bertani itu kotor ke pertanian yang lekat dengan teknologi dan kebahagiaan,” imbuhnya.

Meski pariwisata Bali tengah dihantam Pandemi, ia menegaskan jika pertanian merupakan peluang bisnis yang potensial dan seimbang. Hasil pertanian jangan hanya berkiblat pada permintaan hotel dan restoran, justru sekarang mengambil peluang permintaan kuliner street food.

“Peluang ini yang harus diambil, masyarakat masih tetap butuh makan meski Pandemi. Anak muda boleh atensi dengan pariwisata tetapi jangan melupakan pertanian,” ungkapnya.

Baca Juga :  Tingkatkan Kemahiran Berbahasa Indonesia ASN Pemprov Bali, Sekda Dewa Indra Buka Sosialisasi Pengutamaan Bahasa Negara

Sementara itu, persoalan dibidang pertanian yang hingga kini masih belum menemukan solusi adalah persoalan pasca panen. Produksi pertanian yang melimpah membuat harga anjlok, jika tidak dilakukan pengolahan tentu akan merugikan petani. Untuk mengatasi hal itu, pihaknya tengah mengolah hasil pertanian untuk menambah nilai jual dengan membuat Dried Fruit. Pengeringan buah dengan dehydrator mampu mengurangi masalah pasca panen tanpa mengurangi kandungan gizi buah jika diolah dengan cara yang benar.

“Pengolahan pasca panen yang perlu dimaksimalkan pemerintah, bahkan harus difasilitasi dengan penyiapan gudang penyimpanan, pendampingan pengolahan dengan teknologi yang bisa diterapkan di desa-desa,” pungkasnya.(bpn)

Dapatkan berita terbaru dari Baliportalnews.com di Google News