Dea Imut
Dea Imut Bicara Harmonisasi Bali di ITB STIKOM Bali. Sumber Foto : Istimewa

Menurut Ketua FPSI Bali KH Imam Asrorie, akulturasi budaya yang melahirkan semangat toleransi kehidupan umat beragama, terutama Islam dan Hindu di Bali dapat ditelusuri sejak abad ke-13. Yakni sejak kedatangan Islam pertama kali di Desa Gelgel, Kabupaten Klungkung.

Disebutkan, akuluturasi Budaya ini melalui beberapa cara. Pertama, proses geneologi atau asimiliasi perkawinan.  Kedua, proses kekerabatan secara alamiah sebagai akibat dari asimilasi perkawinan tadi. Ketiga proses identitas nama misalnya Nyoman, Made, Ketut yang diikuti dengan nama Islam seperti Abdullah. Keempat, proses pembauran dalam kehidupan, yaitu proses sosial yang alamah dalam seriap masyarakat.

Baca Juga :  TPID Denpasar Gelar Pemantauan Ketersediaan dan Harga Pangan Jelang Idul Fitri

Intinya FPSI Bali ingin memperkuat kembali harmonisasi seperti yang telah dilakukan para raja terdahulu terhadap komunitas Islam pada masa itu yang kini dilanjutkan oleh keturunan mereka.

“Bali ini daerah tujuan wisata dunia jadi syaratnya harus tetap damai. Kalau yang mau ribut-ribut biarlah terjadi di daerah lain,” tegas Asrorie.

Sementara itu Wakil Rektor 1 Bidang Akademik dan Kemahasiswaan ITB STIKOM Bali Ida Bagus Suradarma, SE, M.Si., menambahkan, mengenai kehidupan beragama di kampus sampai saat ini berjalan wajar karena semua mahasiswa berbaur secara harmonis

“Semua mahasiswa apapun agamanya berbaur dengan harmonis, semua kegiatan ekstrakurikuler melibatkan mahasiswa dari berbagai agama. Kegiatan keagamaan berjalan lancar lancar saja,” kata Suradarma.(bpn)

Dapatkan berita terbaru dari Baliportalnews.com di Google News