Ngelawang
Seka Jengah Kaswari, salah satu kelompok pemuda yang masih melestarikan tradisi Ngelawang di Canggu. Sumber Foto : aar/bpn

BALIPORTALNEWS.COM, BADUNG – Begitu banyak tradisi unik yang dilakukan oleh masyarakat Bali dalam memeriahkan perayaan Hari Raya Galungan. Salah satu tradisi unik tersebut adalah “Ngelawang”, sebuah tradisi warisan leluhur yang sangat sering kita jumpai di jalan-jalan desa daerah Canggu, Kuta Utara, Kabupaten Badung, pada saat Manis Galungan atau satu hari setelah perayaan Galungan.

Tradisi Ngelawang merupakan salah satu tradisi yang dipercaya masyarakat Bali sabagai salah satu ritual penolak bala. Yang biasanya dilaksanakan setiap 6 bulan sekali (210 hari) diantara perayaan hari Galungan dan Kuningan, dan pelaksanaannya biasanya melibatkan sekelompok remaja atau anak-anak yang terdiri dari 8-15 orang.

Baca Juga :  KPK RI Kunjungi Badung Command Center, Observasi Program Percontohan Kabupaten Antikorupsi

Dari kelompok tersebut, 2 orang bertugas sebagai penari yang memakai seperangkat pakaian barong, dengan wujud binatang biasanya berupa bentuk bangkung (babi). Dan sisanya bertugas sebagai penabuh gamelan, untuk mengiringi sang barong bernari berkeliling desa.

Tidak semua desa yang ada di Bali menjalanlan tradisi Ngelawang tersebut, hanya beberapa desa yang masih melestarikan dan mengembangkannya sampai saat ini. Salah satunya ada di Desa Canggu, Kuta Utara, Kabupaten Badung, yang bernama Seka Jengah Kaswari sebagai salah satu kelompok remaja yang masih melestarikan kebudayaan Ngelawang sampai saat ini.

Baca Juga :  Bupati Giri Prasta Terima Audiensi Ketua IMI Bali

Saat ditemui di sela-sela kegiatan tradisi Ngelawang, Ketua Seka Jengah Kaswari, I Gede Eka Pradita Putra menjelaskan, tradisi ini dilaksanakan sebagai tujuan mulia, setelah merayakan kemenangan Dharma (kebaikan) melawan Adharma (kejahatan) saat Hari Raya Galungan, sehingga warga desa bisa melakukan yadnya dengan baik di saat hari Kuningan tiba.

“Saya berharap, tradisi Ngelawang ini biar terus tetap ada di desa kami, biar ga punah traidis ini. Untuk itu, kami juga turut mengajak anak-anak di desa kami, untuk menjalankan traidisi Ngelawang ini, sehingga keberadaannya bisa terus tetap eksis di masa yang akan datang,” ungkap Gede Eka Pradita, Kamis (15/4/2021).

Baca Juga :  Didukung PHDI, MDA, FKUB, Sabha Upadesa Hingga Pasikian Yowana, Pemkot Denpasar Jajaki Ranperda Pelestarian Ogoh-Ogoh

Gede juga menambahkan, walaupun digelar secara sederhana, tradisi Ngelawang memilili arti yang sangat kental. Sehingga keberadaannya selalu dinantikan warga desa, sebagai tontonan yang menarik dalam memeriahkan perayaan Galungan dan Kuningan. (aar/bpn)

Dapatkan berita terbaru dari Baliportalnews.com di Google News