Filsafat
Ambrosius M. Loho, M.Fil., Dosen Universitas Katolik De La Salle Manado - Pegiat Filsafat. Sumber Foto : Istimewa

Dalam memahami filsafat, ada pula saat di mana penulis merasa bahwa filsafat membuat saya hampa, membuat saya tidak mengerti satu kata atau kalimat pun, dari banyaknya kata-kalimat dalam teks-teks filsafat yang saya baca. Demikian juga, ada saat di mana penulis mengalami ketegangan dalam berpikir seperti ketegangan untuk mencari jawaban dan pengertian atas apa yang dibaca.

Fakta pengalaman ini, menguatkan pendapat bahwa filsafat memang demikian. Sedemikian sulit, bahkan ada yang bisa saja menyerah untuk menggeluti filsafat. Kendati demikian, dalam filsafat kita memang menghidupi ketegangan yang bermacam-macam, ada kerumitan dan kesulitan untuk memahami ide dan gagasan dari para filsuf. Namun apapun itu, filsafat bagi penulis, tetap saja menarik perhatian saya untuk mempelajarinya.

Baca Juga :  Tips Memilih Sarung yang Nyaman, Beli di Blibli Lebaran Promo Lebih Hemat!

Kembali ke judul tulisan ini: Berfilsafat adalah Petualangan Intelektual. Mengapa berfilsafat merupakan petualangan intelektual? Dalam “Petualangan Intelektual: Konfrontasi dengan para Filsuf dari Zaman Yunani hingga Zaman Modern 2004’. Dikatakan bahwa dengan petualangan intelektual, berfilsafat berarti mengundang kita untuk memasuki pergumulan intelektual dan pola berargumentasi, belajar dari para filsuf.

Ketika memasuki pergumulan itu, kita dianjurkan untuk tidak bertempat tinggal pada ajaran salah satu filsuf saja, melainkan berjalan berpetualang terus, menuju cakrawala pemikiran yang lebih luas. Kendati begitu, apa yang baik dan benar menurut filsuf tertentu itu, dapat kita jadikan bekal untuk perjalanan selanjutnya. (hlm. 7.). Itulah petualangan intelektual yang sesungguhnya (?).

Baca Juga :  Dapatkan Tab Samsung S9 di Blibli Harga Terjangkau

Maka menurut penulis, memahami dalam memahami filsafat termasuk untuk berfilsafat, kita diibaratkan seperti berpetualang karena filsafat adalah sebuah aktivitas atau kegiatan yang mencari dan menemukan jawaban atas sebuah pertanyaan. Jadi filsafat adalah benar-benar aktivitas berpikir, aktivitas berpikir yang terukur untuk menemukan jawaban atas berbagai pertanyaan tentang realitas. Dengan filsafat pula, subjek akan dicerahkan, dan berani berpikir sendiri sampai kedalamannya. Walaupun filsafat mencerahkan budi, membuat subjek tersandera, tersandera karena kita punya tanggung jawab untuk mencerahkan orang lain.

Akhirnya, berfilsafat adalah berpikir mendalam dan mendasar, didalamnya terkandung ‘cara berpikir kritis’. Dengan filsafat kita bisa berpikir terbuka melihat berbagai perbedaan cara berpikir orang lain, filsafat juga merupakan refleksi rasional dan radikal atas hal-hal pokok dalam hidup. Ia hanyalah perenungan reflektif lebih jauh tentang berbagai cara bagaimana realitas kehidupan ini dipahami dan bagaimana makna-makna diciptakan, dengan selalu mengaitkannya kembali ke medan pengalaman konkrit. Dan bagi mereka yang belajar filsafat secara klasik, boleh jadi hal ini akan dilihat sebagai proses evolusi. Evolusi berpikir subjek pemikir dan pembelajar filsafat (Sugiharto, Jurnal Filsafat Unpar. 26.3.2010 [317-332]).

Baca Juga :  Beda Masalah, Selesai di Tempat yang Sama

Penulis:
Ambrosius M. Loho, M.Fil., Dosen Universitas Katolik De La Salle Manado – Pegiat Filsafat

Dapatkan berita terbaru dari Baliportalnews.com di Google News