Lobster
Sumber Foto : Istimewa

BALIPORTALNEWS.COM, BULELENG – Ketua NGO Metamorfosa, I Ketut Santika akrab disapa Ketut Totok menilai, pelepasliaran lobster (restocking) hasil budidaya dari Gabungan Pengusaha Lobster Indonesia (GPLI) dilakukan Menteri KKP bersama jajaran di Sumberkima, Buleleng dikatakan tepat dan efesien. Hal ini disampaikan mengingat pelepasliaran dilakukan di daerah perairan konservasi.

“Dengan adanya pelepasan lobster ini sangat positive terutama menambah marine life di kawasan konservasi kita. Dan yang dilakukan kemarin itu sudah sangat baik. Karena kita melihat tingkat ketinggian air laut tidak terlalu dalam pas air baru naik,” terang Totok, Kamis (21/1/2021).

Baca Juga :  Komitmen Kendalikan Inflasi, Lahan Hutan Kota Banyuasri Ditanami 12.000 Bibit Cabai

Totok menjelaskan, teknis menggunakan pipa dalam pelepasan lobster dilakukan pada daerah konservasi itu sangat efesien. Dimana, dengan ketinggian air hanya mencapai 4-5 meter adalah waktu yang tepat.

“Kami bisa lihat kemarin bersama teman-teman, panjang pipa PVC 4 meter masuk ke dalam air sekitar 2,5 meter. Jadi ada sefase berapa meter lobster untuk beradaptasi mencari celah terumbu karang,” terangnya.

Pria selama 20 tahun bergelut dalam perbaikan terumbu karang ini juga menilai, teknis pelepasan lobster dikatakan sudah sesuai. Dimana posisi ekor dimasukkan terlebih dahulu ke dalam lubang pipa.

“Juga kemarin cara melepaskan lobster dengan memasukkan ekor terlebih dahulu ke lubang pipa itu bagus. Dimana sifat lobster kita tahu jalannya mundur. Jadi begitu menyentuh air bisa langsung lari menyesuaikan diri. Intinya tidak ada masalah,” papar Totok.

Baca Juga :  Kejuaran Tenis Meja HUT Ke-420 Kota Singaraja, Libatkan Instansi Vertikal dan Pemprov Bali

Keadaan senada juga disampaikan Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan Kabupaten Buleleng, Gede Melandrat, SP, dimana menurut pihaknya secara teknis pelepasliaran dilakukan dalam acara kemarin mengapresiasi positif. “Apa pun dilalukan atas kegiatan restocking kami mengapresiasi positif berdasarkan aturan yang ada. Karena aturan yang ada kan 2 persen dari jumlah panen. Saya kira tidak masalah,” ujarnya.

“Secara teknis itu dilakukan dengan menggunakan pipa dan menyelam memiliki tingkat kesulitan tersendiri. Kalau menebar dengan menyelam tentu orang yang menyelam harus bisa menyelam dan memiliki sertifikasi. Kalau kemarin restocking kan tempat itu kedalamannya cuma 5 sampai 8 meter. Saya kira itu lebih efesien menggunakan pipa kalau kita bicara teknis,” jelas Gede Mulandrat.(ads/bpn)

Dapatkan berita terbaru dari Baliportalnews.com di Google News